Mengenal Kitab Maulid Al-Barzanji

FERRY ARBANIA
By -

Nama kitab maulid al-Barzanjy di kalangan masyarakat Indonesia identik dengan nama sebuah buku keagamaan. Padahal yang betul adalah berkaitan dengan nama pengarangnya. Dan pelafalan yang tepat yaitu  Al-Barzinjy, dengan huruf Za’ yang dikasroh. Namun kebiasaan dalam mengidentikkan al-Barzanjy. Sebagai nama kitab, pembahasan berikut ini pun mengarah tentang keberadaan al-Barzanjy sebagai kitab keagamaan di Indonesia.


Bagi kalangan muslim santri khususnya lingkungan nahdliyin,penamaan kitab ini cukup familiar di telinga mereka. Karena hampir tiap pekan (lebih-lebih pada malam Jum’at) mereka membacanya di langgar-langgar, mushalla-mushalla, pesantren-pesantren atau pun masjid-masjid. Kitab Al-Barzanjy sering juga dibaca pada acara hajat atau kenduren masyarakat seperti Selamatan Aqiqah, mantenan, maulidan atau syukuran-syukuran lainnya.

Al-Barzanjy adalah karya tulis seni sastra yang secara singkat berisikan tentang sejarah Pra Kelahiran Nabi Muhammad SAW, lahirnya beliau, kehidupan beliau, perjuangan dan dakwah beliau serta wafatnya beliau Muhammad SAW.

Istilah Barzanjy, berasal dari nama keluarga Ulama tarekat yang paling berpengaruh di wilayah Qurdistan Selatan (Syahrazur) di dekat kota Sulaimaniyah (Iraq). Keluarga Barzanjy termasuk memiliki jalur nasab yang sampai kepada Rasulullah SAW melalui Imam Musa al-Kadzhim dengan mengambil nama Barzinja di Syahrazur.

Kitab Al-Barzanjy sendiri ditulis oleh Syaikh Ja’far  Shadiq bin Hasan bin Abdul Karim bin Muhammad (1690-1764). Beliau lahir di Madinah dan menjadi ulama besar di sana. Menulis sejumlah karya tentang ibadah yang menjadi sangat populer  di seluruh dunia Islam pada saat itu dan tetap populer di Indonesia sampai sekarang. Karya yang terkenal sebagai kitab ini sebenarnya adalah buku maulid yang judul aslinya adalah ‘Iqd al-Jawahir . Yang barangkali menjadi kitab maulid terpopuler yang pernah ada.

Perayaan maulid nabi sendiri, berdasarkan pemaparan sang Orientalis Nico Chaptein yang naskahnya termanuskripkan di perpustakaan Leiden Belanda berawal mula dari perayaan kaum Syia’ah Fatimiyah di Mesir untuk menegaskan kepada publik bahwa dinasti tersebut benar-benar keturunan nabi. Sedangkan dari kalangan Ahlussunnah Wal Jama’ah i diprakarsai oleh Shalahudin al-Ayyuby. Beliau seorang jenderal yang pada saat itu menghadapi tekanan dan serangan berat dari tentara kafir Salib. Maka untuk menggelorakan semangat jihad persatuan kaum muslimin Jenderal Shalahudin menggagas membacakan syair-syair keagamaan yang berisikan sanjungan kepada Nabi Muhammad SAW agar  semangat kaum muslimin berkobar.

Kitab Maulid Al-Barzanji adalah salah satu kitab maulid yang paling populer dan paling luas tersebar ke pelosok negeri Islam. Kandungannya merupakan khulasah (ringkasan) Sirah Nabawiyah yang meliputi kisah kelahirannya, pengutusannya menjadi rasul, hijrah, akhlaq, peperangan hingga wafatnya. Dengan bahasa yang sangat puitis, pada bagian awal kitab dilukisahkan peristiwa kelahiran Muhammad SAW ditandai dengan banyaknya peristiwa ajaib seperti angin yang tenang berhembus, binatang-binatang yang tiba-tiba terdiam dan tumbuh-tumbuhan yang merundukkan daun-daunnya sebagai tanda penghormatan atas kehadirannya. Dikisahkan pula bahwa Muhammad terlahirkan dengan bersujud kepada Allah dan pada saat yang bersamaan istana-istana para durjana tergoncang. Istana Raja Kisra retak dengan empat belas berandanya sampai terjatuh ke tanah. Demikian juga api sesembahan raja Persia yang tak pernah padam selama ribuat tahun, tiba-tiba padam saat terlahir Sang Nabi.

Kitab Maulid Al-barzanji juga menceritakan keagungan akhlak dan kemampuan politik Muhammad secara indah. Pada tiga puluh lima tahun, Sang Nabi mampu mendamaikan kabilah-kabilah yang berselisih dalam hal penentuan peletakan batu Hajar Aswad di Ka’bah yang menjadi simbol spiritualitas suku-suku Arab waktu itu. Saat masing-masing suku merasa paling berhak terhadap penentuan tempat Hajar Aswad, Sang Nabi tampil dengan meminta kepada setiap kabilah memegang setiap ujung sorban yang dijadikan sarana untuk meletakkan hajar aswad pada tempatnya

Penggunaan bahasa-bahasa puitik dalam pengisahan sejarah nabi menciptakan suasana mistis dan membangkitkan semangat pembacanya. bagi pembaca yang mengerti bahasa Arab fushah, akan merasakan betul betapa sang pengarang sangat terpukau dengan keagungan akhlak sosok Muhammad. Saking terpukaunya, pengarang menyebut Sang Nabi dalam sapaan-sapaan bahasa kosmik seperti ”Wahai Engkau Sang Mentari, Wahai Engkau Sang Rebulan, Wahai Engkau Cahaya di atas Cahaya dan sebagainya“. Ringkasnya, karya Al-Barzanji bukanlah sekedar tulisan untuk menjadi bacaan referensi, melainkan kumpulan gubahan kata-kata yang membangkitkan kesadarann perlawanan.

Jadi secara historis, keberadaan kitab al-Barzanjy ini terwujud dari terselenggaranya lomba  menulis syair yang diprakarsai oleh Jenderal Shalahudin Al-Ayuby. Dalam kompetisi itu karya indah Syaikh Ja’far Shadiq ini dinyatakan sebagai pemenang atau juara yang diunggulkan. Dan sejak saat itulah nama kitab al-Barzanjy ini muncul dan populer.


Disadur dari Majalah Aula Edisi IX Tahun XVII 1995 dengan beberapa tambahan

http://absoni-maulana.blogspot.com/2012/09/mengenal-kitab-maulid-al-barzanjy.html