Hafshah, Istri Nabi yang Cemburuan

FERRY ARBANIA
By -
WANITA memang diciptakan sesuai dengan sifat dan wataknya. Selain cenderung emosional dan dramatisir juga pencemburu. Dalam tarikh, selain Aisyah, Hafshah dikenal sebagai istri Rasulullah SAW yang pencemburu. Terkadang sering membuat ulah untuk menarik perhatian Rasulullah.

Suatu hari, ketika Rasulullah menemuinya, Hafshah bertanya, “Ya Rasulullah, mengapa mulutmu berbau busuk?”

“Aku baru saja minum madu, bukan maghafir,” jawab Nabi Muhammad SAW penuh tanda tanya.
“Kalau begitu, engkau minum madu yang sudah lama,” timpal Hafshah.

Keheranan Rasulullah makin bertambah ketika Aisyah yang ditemuinya mengatakan hal serupa. Saking kesalnya, Rasulullah mengharamkan madu buat dirinya untuk beberapa waktu. Beliau tak tahu kalau Hafshah telah “berkomplot” dengan Aisyah untuk “ngerjain” Rasulullah. Keduanya cemburu lantaran Nabi tinggal lebih lama dari jatah waktunya di rumah Zainab Binti Jahsy. Waktu itu Nabi tertahan karena Zainab menawarkan madu kepada beliau.

Membicarakan kehidupan Hafshah Binti Umar Ibn Khattab tak bisa lepas dari sifat pencemburunya. Pada dasarnya, sifatnya itu lahir dari rasa cintanya kepada Rasulullah. Ia merasa takut kalau Rasulullah kurang memperhatikan dirinya. Namun, sifatnya itu melahirkan persoalan yang kurang menyenangkan.

Dikisahkan dalam sebuah perjalanan Nabi Muhammad SAW pernah membawa Hafshah dan Aisyah. Kedua istri Nabi itu duduk di atas punggung unta yang berbeda. Selama perjalanan, Rasulullah lebih sering berada bersama Aisyah. Saat istirahat, Hafshah yang terbakar api cemburu meminta Aisyah berpindah tempat. Seusai istirahat, Rasulullah naik ke unta Aisyah yang sudah ditempati Hafshah dan mengajak bicara. Beliau tak tahu kalau yang menjawabnya dengan jawaban-jawaban pendek itu Hafshah. Dan Rasulullah tersadar bahwa dirinya dipermainkan kedua istrinya.

Begitu seringnya Hafshah membuat ulah, lantaran cemburu, Rasulullah pernah berniat akan menceraikannya. Namun, Jibril datang mencegah Nabi. Rasulullah malah mendatangi anak Umar Ibn Khattab itu dan berkata, “Ya Hafshah, hari ini Jibril datang kepadaku dan memerintahkan kepadaku “irji’ ilaa Hafshah, fainnaha hiya showwama, qowwama wa hiya azawaajuka fil jannah” (kembalilah kepada Hafshah, sesungguhnya ia wanita yang senAntiasa puasa, mendirikan shalat, dan ia adalah istrimu kelak di surga).
Dialah Hafshah Binti Umar, wanita yang mendapat pembelaan Jibril tatkala hendak diceraikan Rasulullah lantaran sifat pencemburunya.

Meski memiliki kelemahan dan kekurangan karena sifatnya itu, tapi Hafshah adalah wanita yang tekun beribadah. Ia rajin puasa sunnah dan tak pernah meninggalkan shalat tahajjud. Maka Jibril pun membelanya, bahkan menyampaikan jaminan Allah bahwa Hafshah termasuk salah satu istri Nabi di surga.

Kecemburuan istri-istrinya, sebenarnya dianggap sebagai sesuatu yang wajar dan manusiawi oleh Rasulullah. Apalagi beliau dikenal orang yang paling sabar dalam menghadapi berbagai persoalan, termasuk ulah istri-istrinya. Namun, yang membuatnya marah adalah jika rasa cemburu itu mendorong istri-istrinya atau dirinya melakukan maksiat kepada Allah.(ahmadsahidin.wordpress.com)