WANITA memang diciptakan sesuai dengan sifat dan wataknya. Selain
cenderung emosional dan dramatisir juga pencemburu. Dalam tarikh, selain
Aisyah, Hafshah dikenal sebagai istri Rasulullah SAW yang pencemburu.
Terkadang sering membuat ulah untuk menarik perhatian Rasulullah.
Suatu hari, ketika Rasulullah menemuinya, Hafshah bertanya, “Ya Rasulullah, mengapa mulutmu berbau busuk?”
“Aku baru saja minum madu, bukan maghafir,” jawab Nabi Muhammad SAW penuh tanda tanya.
“Kalau begitu, engkau minum madu yang sudah lama,” timpal Hafshah.
Keheranan Rasulullah makin bertambah ketika Aisyah yang ditemuinya
mengatakan hal serupa. Saking kesalnya, Rasulullah mengharamkan madu
buat dirinya untuk beberapa waktu. Beliau tak tahu kalau Hafshah telah
“berkomplot” dengan Aisyah untuk “ngerjain” Rasulullah. Keduanya cemburu
lantaran Nabi tinggal lebih lama dari jatah waktunya di rumah Zainab
Binti Jahsy. Waktu itu Nabi tertahan karena Zainab menawarkan madu
kepada beliau.
Membicarakan kehidupan Hafshah Binti Umar Ibn Khattab tak bisa lepas
dari sifat pencemburunya. Pada dasarnya, sifatnya itu lahir dari rasa
cintanya kepada Rasulullah. Ia merasa takut kalau Rasulullah kurang
memperhatikan dirinya. Namun, sifatnya itu melahirkan persoalan yang
kurang menyenangkan.
Dikisahkan dalam sebuah perjalanan Nabi Muhammad SAW pernah membawa
Hafshah dan Aisyah. Kedua istri Nabi itu duduk di atas punggung unta
yang berbeda. Selama perjalanan, Rasulullah lebih sering berada bersama
Aisyah. Saat istirahat, Hafshah yang terbakar api cemburu meminta Aisyah
berpindah tempat. Seusai istirahat, Rasulullah naik ke unta Aisyah yang
sudah ditempati Hafshah dan mengajak bicara. Beliau tak tahu kalau yang
menjawabnya dengan jawaban-jawaban pendek itu Hafshah. Dan Rasulullah
tersadar bahwa dirinya dipermainkan kedua istrinya.
Begitu seringnya Hafshah membuat ulah, lantaran cemburu, Rasulullah
pernah berniat akan menceraikannya. Namun, Jibril datang mencegah Nabi.
Rasulullah malah mendatangi anak Umar Ibn Khattab itu dan berkata, “Ya
Hafshah, hari ini Jibril datang kepadaku dan memerintahkan kepadaku
“irji’ ilaa Hafshah, fainnaha hiya showwama, qowwama wa hiya azawaajuka
fil jannah” (kembalilah kepada Hafshah, sesungguhnya ia wanita yang
senAntiasa puasa, mendirikan shalat, dan ia adalah istrimu kelak di
surga).
Dialah Hafshah Binti Umar, wanita yang mendapat pembelaan Jibril
tatkala hendak diceraikan Rasulullah lantaran sifat pencemburunya.
Meski memiliki kelemahan dan kekurangan karena sifatnya itu, tapi
Hafshah adalah wanita yang tekun beribadah. Ia rajin puasa sunnah dan
tak pernah meninggalkan shalat tahajjud. Maka Jibril pun membelanya,
bahkan menyampaikan jaminan Allah bahwa Hafshah termasuk salah satu
istri Nabi di surga.
Kecemburuan istri-istrinya, sebenarnya dianggap sebagai sesuatu yang
wajar dan manusiawi oleh Rasulullah. Apalagi beliau dikenal orang yang
paling sabar dalam menghadapi berbagai persoalan, termasuk ulah
istri-istrinya. Namun, yang membuatnya marah adalah jika rasa cemburu
itu mendorong istri-istrinya atau dirinya melakukan maksiat kepada
Allah.(ahmadsahidin.wordpress.com)
3/related/default