Puisi- puisi Muhammad Ibrahim Ilyas

FERRY ARBANIA
By -
0


Ambivalensi

1.
di pusat malam, berjaga dengan kesangsian, rindu mendenting
kita tengah menghitung detik yang sama,
mencoba memadamkan api yang memanggang keangkuhan,
untuk membiarkan kekitaan menikmati kesakitannya
seperti kamu tahu,
waktu yang bergerak terus mempersempit jarak,
terus menjepit kecemasan
dan buah pertemuan siap disemaikan
seperti kamu masih yakin,
aku memang tak mungkin bisa bertahan pada keterasingan ini,
alangkah nikmatnya tikamanmu pada pertemuan terakhir
sesungguhnya, bila kebersamaan tidak menjadi kenangan,
kita tidak mungkin bersama lagi

2.
bagaimanapun kita berupaya membentangkan jarak,
isyarat dan sandi yang berbeda maksudnya tetap kita kirimkan
topeng wajah yang kita kenakan semu,
kenisbian yang memperjelas sosok rindu
mencoba menghindar dari keputusan nasib boleh sama kita gelar,
pentas cukup memadai untuk itu
sampai dentang loncengnya,
bagaimana mungkin kau lari dari matahari
di kaki fajar ada aku,
selalu menjaga garis mimpimu



3.
jerat dan perangkap yang kita pasang malah jadi bumerang
kaki kita tak bisa bergerak dari rindu
aku sudah ingin menyetujui hukuman ini
tak ada gunanya banding atau kasasi
kitalah mahkamah yang selalu ingin tampak berusaha adil
dan diam-diam selalu mencurangi anak timbangan
neraca kecemasan berbanding lurus,
menjajari garis kesepian
jangan-jangan akulah si pungguk itu
ketika bulan nyaris tergapai,
gerhana lebih dulu mencengkramnya

2008

Sumber: http://horisononline.com
Sumber gambar: google search

Post a Comment

0Comments

Ferry Arbania , Sahabat Indonesia

Post a Comment (0)