PUISI-PUISI INDRA TJAHYADI

FERRY ARBANIA
By -
0
http://ahmadsafwanzakaria.blogspot.com (Ist)

PUISI-PUISI INDRA TJAHYADI

http://www.suarakarya-online.com/
Musim Hanya Tinggal Gempa

Mayat ingatanku yang menginsyafi badai
mengganyangi kupu-kupu. Seratus siulan pelangi melesat
Dari balik mendung, berserapah pada rindu. Serupa
tikus, aku impikan keremajaanmu,
tapi tanpa sorban, pengetahuanku dekaden
dikuliti laknat hantu-hantu. Seratus kejemuan
yang diriwayatkan perusuh menemukan kota-kota
khayalanku yang hangus.

Karena telah aku setubuhi harum jenazahmu,
pikiranku risau, mencium bunyi-bunyi geludhuk.
Tetesan-tetesan air menghajari perdu.
Musim hanya tinggal gempa berkali-kali
memaki hasratku. Aku raut burung-burung raib,
sayap-sayap muram taifun mengumandangkan ode
hitam semangat nihilistik batu-batu. Ikan-ikan mistis
berterbangan, mengobarkan gemuruh! Sejarah
kegembiraanku yang gila mengutili sisa-sisa gerimis,
memamahi lumut.

Panorama kebisuan 32 tahun bersipecah di dadaku.
Tapi, seperti seekor kerbau kesadaranku letih, menjelma
serdadu, mencumbui pelacur. Meski di esok
yang saman sukmaku akan merenungi jalan-jalan
maut, terkubur hidup-hidup di perbukitan hasratmu.
Aku sosok-sosok kufur lumpur, dibantai seribu tatapan
mata terpilu. Di jurang-jurang galaksi terjauh,
arwahku yang rasul membiarkan ribuan ombak ajal
menghijaukan kabut. Seakan kau yang senantiasa
panggili aku dalam tidurmu. Serupa aku yang perlahan
kurus, diam-diam meninggalkanmu.



Sebab Udara Makin Alpa

disebabkan gerhana
riwayatku yang gasang
menggayuti pepohonan tubuhmu
pengetahuanku yang semesum guntur
menembusi hutan
gigiti pentilmu
seraya memekik
tiba-tiba aku dij`vu
arwahku manyun
meniadakan gemintang
kobarkan geludhuk.
di mana-mana langit hanya mendung!
segenap wisik pertempuranbermula dari pelirku.

keremajaanmu menjelma luka
luka kering
bangkitkan pesona kejahatanku
sajakku demikian murung
menyangkali tahajud abad semak
semak berperdu
aku pagut lehermu
ruhku tersesat di kota berhantu
menyabitkan parang
tusukkan belatung.
telah raib keteduhan
bahkan sorga
adalah liur pemabuk
yang memerahkan darahku.
“tataplah angkasa!”
dan lidahku yang cekak akan terasa banal
senantiasa mencuri bulan
yang kau sembunyikan
di sela selangkanganmu

sebab udara makin alpa
meski kelak seluruh laut pasang
dan bumi hanya tinggal kubur
tanpa lumpur
mari kubuka duburmu
kematianku pucat, melenguh
serupa mitos percintaan
yang terbunuh kelam
dan senantiasa diusung dendam tahun-tahun
aku telanjang di kegelapan
serupa perusuh
nafasku lebus
mengurapi gugusan bintang
yang kau sematkan di dadamu

Tentang Penulis
Indra Tjahyadi, alumnus Fakultas Sastra Universitas Airlangga Surabaya menulis esai, puisi dan cerpen. Karya puisi, esai dan cerpennya termuat di AIAA News (Australia), Bahana (Brunei), Horison, Jurnal Cipta, dan berbagai media nasional. Beberapa puisinya dalam bahasa Inggris termuat dalam Big Lick Literary Review; a Multicultural Arts Ezine, Roanoke, Virginia, AS. Ekspedisi Waktu (2004) adalah buku kumpulan puisi tunggalnya yang sudah terbit.

Post a Comment

0Comments

Ferry Arbania , Sahabat Indonesia

Post a Comment (0)