Cerita Malam

FERRY ARBANIA
By -
 by: Ferry Arbania
20Agustus 2006
Kacangmu Kacongku…!
Karya :Ferry  Arbania
Kupu-kupu yang hinggap di sehelai bunga , malam ini. Kepak sayapnya ringan mengipasi pandangan bulan yang jatuh disela lampu kota. Sesekali , sebentuk senyuman, jatuh di bibir daun. Sepasang angin datang mengabarkan reruntuhan pohon yang berdebam disela jantung. ”Mau beli kacang Mas?”. Seeorang Gadis berkulit kuning langsat menyodorkan beberapa bungkus kacang. ”Iya aku mahu beli kacangmu. Sekalian sama air dan lainya yang  melebihi dari sekedar kacang picsan ini. “maksud Mas…?”. “Akh Sudah, nggak usah basa-basi. Ambil saja duitku atau kau masih kurang, ngomong saja, yang penting semua kacang dan seluruh isinya bisa aku malam ini,oke? ”. Laki-laki itu mengulurkan uang puluhan ribu, sebanyak lima lembar. ”terima kasih ya mas, sampai ketemu besok malam, sorry aku nggak bisa malam ini. Kacangnya udah di pesan orang lain. Ingat terus kacangku dong Mas, pasti lezat…..”  Gadis-gadis seksi itu hanya menjual kacang mereka kepada lelaki yang bermata elang, eh..maaf salah, hidung belang .
Rupanya mereka sudah sangat kepingin sekali mematuk kacang-kacang yang terkelupas kulitnya dan menyantapnya dengan amat transparan dan mantap. Dagingnya yang kenyal, mengiang-ngiang dalam ingatan siapapun---yang benar-benar tahu dan pernah merasakan nikmatnya kacang-kacang mereka yang terbilang unik dan langka. Sebab tidak tumbuh pada sembarang tempat.
“Numpang tanya mas, apaka Anda kenal dengan penjual kacang yang biasa berkeliaran di areal taman adipura ini ?. Laki-laki dua tengah baya itu mengulangi pertanyaannya lagi. Kali ini lebih keras. Maklum malam minggu. Rame sekali. ”oh ya, bapak siapa ya, dari mana, dan mau kemana nich Pak, Hmmm…hmmm, Daeng, Daeng……..tolong buatkan es jeruk dua gelas . Oh ya bapak mahu pesan naget udang, tempura udang….atau bakso naga? Semuanya serba enak lho Pak. Mungkin nggak kalah dengan kacang-kacang rongsokan kesukaan bapak itu. ”Ahk, mas ini khan masih muda. Jadi saya pikir kamu belum tahu bagaimana cara menikmati sebutir kacang. Apalagi sampai benar-benar bisa menjadi pemakan kacang yang  tangguh dan tahan lama”. Nandar mengeryitkan dahi, keras sekali, mirip bintang iklan obat sakit kepala megraine. Otaknya yang terkenal encer mencoba meyakinkan anilasa batinnya. Apa sebenarnya rahasia yang tersembunyi dibalik perhatian bapak itu. Hingga antusiasnya begitu nyala, apalagi yang diomongin sekedar kacang. Kacang, kacang………………………….
Perbincangan yang sangat mengasikkan. Hingga tanpa disadari sudah jam sepuluh malam lewat tiga puluh menit. Nambah lagi Pak? Oh ya, maaf lupa, boleh tahu nama bapak. Saya Nandar Pak. Asli Jogja. Belum menikah dan jangan tanya Lho Pak tentang keperjakaan saya. Masih tangting-ting tung ting- tang, ting-ting. Soalnya dari kecil aku nggak suka makan kacang. Padahal kata orang-orang kacang itu nikmat banget, hmmm…nama bapak siapa ya……
“sebut saja namaku Tanzil . Lengkapnya Isma’il Bawana Tanzil Amir, Ugd.  Asli Madura lho. Tapi lama juga sich tinggal di  Aceh. Jadi harus banyak lagi mempelajari ramuan kuat khas kami. Lagian, dua tahun saya pernah mukim di Pangandaran bersama sahabat asal jakarta yang kebetulan juga hobynya persis seperti bapak, yakni doyan makan kacang muda. Usianya masih muda, namun berkat keuletannya, dia mampu membawa Pt.Hasta Multi Media yang di pimpinnya  sukses besar. Namun itu tadi Pak. Gara-gara hobby yang kelewat itu…. ”Maksudmu jajan kacang”. Persis. Akhirnya dia bangkrut dan istri satu-satunya…”Lho, habis istri itu harus berapa , apa iya mesti sama dengan anak yang keberapa, nomorberapa atau…?. Bapak benar juga yach. Tapi saya sekedar ingin mewakili kesetiaan teman istri saya yang luar biasa sekali. Tapi, yach..lama-lama sering disakiti mungkin nggak tahan juga. Akhirnya dia pergi meninggalkan suaminya, pejajan tangguh…yang ,mmmhh….mirip…
“mirip saya”. “Iya Kali,hehe….”.Nah setelah itu saya kembali lagi ke Madura, bahkan sudah empat bulan yang lalu, ketika kekuatan berskala richter itu …
“Maksudmu gempa ?”. Muisibah itu telah merebahkan rumah -rumah kami. Tapi sudahlah Pak, mungkin ini sudah menjadi bagian dari berita-berita yang saya tulis setiap hari di media massa. Saya yakin ini lebih penting dari penderitaan saya sendiri dan mungkin setiap harinya berita-berita seperti ini  menjadi  incaran utama publik. Disamping itu saya juga menghunting berita untuk disajikan dalam siaran informasi radio. Konon radio itu merupakan station radio terkemuka di kota ini. Bahkan saya berencana untuk benar-benar pindah dan memilih media elektronik. Siapa tahu ada jatah siaran juga, lumayan khan sesekali bisa promosi penjual kacang,ha..ha.. Sekalipun kita tahu tugas pokok seorang reporter memang tidak mudah. Tapi di hitung-hitung tidak terlalu sulit juga sich alias gampang gito lho…….soalnya kita khan bisa cari ceperan bin keuntungan. Termasuk bagaimana mengendalikan, mengatur dan memperkeruh suasana dan bahkan sangat sedikit yang memiliki idealisme seperti saya. Tapi sudahlah. Katanya takdir  bisa dirubah. ”Kamu sudah baca bukunya khan?.Oh ya, ngomong-ngomong waktu kuliah dulu kamu ngambil jurusan  apa.
”Sastra Sejarah, FISIP gito lho”.
Wah kalau begitu berarti sampeyan Pemikir-Penyair dong Mas. Bagaimana pertama kali Yunani membentuk  peradabannya? Kamu sepakat, jika peradaban dan perkembangan keilmuan dunia saat ini  sebetulnya masih banyak dipengaruhi oleh teori-teori  kuno yang  maha dahsyat itu”
“Wah apanya yang dahsyat Pak?.
“ya mungkin kacangya dong,ha….ha……”
“Terima kasih yach,eh…berapa seafoodnya? Sampai ketemu dilain waktu,assalamu’alaikum”.

Ferry Arbania, Sumenep, Madura, Jawa Timur, Indonesia