jangan marahi dirimu jika impian tak dapat diraih biarkan kegagalan itu menempa diri memanjakan kesal yang kadang tidak kita kontrol
hidup bukan untuk hura-hura kenapa mesti berpura-pura kau cari kesenangan dalam pikirmu dan mencampak kebenaran diluar hati
dunia kita sudah semakin merapuh tak ada waktu lagi bersilat lidah berikan yang terbaik untuk duniamu kemudian melangkahlah satu-satu tak ada yang bisa menunda kebahagiaan begitu juga air mata duka kadang tumpah menggenangi kelopak mata tiba-tiba
hutan dan belulang kotaku yang tak berpohon sama artinya memangkas usia dengan paru-paru tertusuk besi panas kebijakan tak jarang membakar amarah rakyatku yang nyalang sementara disudut kota yang tajam kebekuan hati kembali berjaga jarak dengan cinta
hari ini aku bicara kemungkinan esok pagi ketika beras dan nasi mulai jarang dimasak istri restoran dan rumah makan mewah dipinggir kali telah meyakini hati untuk tidak setia menengok dapur sendiri
bisakah kita menabung untuk masa depan sepi kita masa depan yang dikalungi dengan rantai senja dan kesendirian begitu mengiris jiwa merobek keberanian hati yang memandangnya lantaran telah kubayangkan ujung usia itu akhir perjalanan yang menyimpang selaksa air mata kenangan sebab didepanku bumi telah menganga dan melebar mengajakku menyelami pengapnya kekalahan
Ferry Arbania , Sahabat Indonesia