Tengah malam diubun-ubun langit jakarta kusaksikan rintih perawan dan jejaka tua menari diantara lobang kepedihan ...mulut mereka tak henti mengulum sekerat daging yang entah keberapa kenyal dan busuk nyaris tak lagi dibedakan
Tua muda yang dikayakan birahi dan kekuasaan menutup lesung pipit bidadari malam dengan setumpuk uang dan alkohol seraut wajah yang tak pernah puas mengulum cigarete terus merangkak dan menutup pintu tak ada ponsel yang berdering hanya rintih dan teriakan perih yang berputar-putar di ruang kedap suara
sampaipun pagi menjemput sesal mereka tersentak dan terbangun seketika meski tak sempat memandikan kelamin mereka gelombang gelap menidurkan mereka dalam orgasme bumi.
Ferry Arbania , Sahabat Indonesia