Kandang Puisi (Diplomasi Sajak dan Pejabat Teras) by: Ferry Arbania
kuboroskan kata demi puisi ...tak kupatuhi teori-teorimu demi memanja hati dari dengki apa salahnya aku menulis demi kebenaran pikir lalu mengembalikan jalanmu yang terpotoong di sudut remang
ingin kubakar majaz dalam sekam sajak-sajaku mengembalikan kisah daun yang jatuh dibantal bumi dan kau datang menemani kisah-kisah ku yang panjang
untuk apa berebut teori jika puisimu adalah puisiku
lihat saja wajah kotaku dengan ranting-ranting sajak dan puisi-puisinya yang terbakar dikampung Zawawi muda mudi yang dulu dimabuk diksi kini pergi meninggalkan negeri imajenasi
entah penyakit apa lagi yang menggerayangi kota peraih adipura ini tukang syair mengutuk diri para demonstran memukuli pejabat dengan cemooh dan caci maki bintang dan pangkat kehormatan sepertinya telah berpundak di ujung kesangsian rakyatku
kumasuki gedung-gedung kampus yang sempit sebuah ruang gerak tetater yang tak begitu leluasa para pendekar masa depan saling asyik menggombalkan rayuan menumpuk getah kepalsuan dengan cinta sana sini
lantas siapa lagi yang peduli penyairku sastrawan negeriku yang pongah dalam prestasi bisakah kita berbangga menjadi diri sendiri atau kita telah sama-sama memilih menjadi pecundang yang gemar menikam kawan dengan lawan yang tak habis-habisnya meniduri kenistaan demi kejayaan maya
aneh juga kotaku ini kota penyair yang pandai menyihir tapi siapa juga menyisakan pikir ketika kandang kesenian digusur menjadi ladang parkir
Pakdewan yang terhoramt mari bicara bersama dikomisi B DPRD kita.
Sumenep, 28/09/2010: 00:20
(Mengalihkan
Rintih Dewan Kesenian Sumenep yang tak bergedung: Kandang Puisi buat
sahabatku Turmedy Jaka sang Pemilik Musik Dzikir Prenduan yg sekaligu
Ketua Dewan Kesenian Sumenep-DKS. Jangan menyerah sahabat.......!!)
Ferry Arbania , Sahabat Indonesia