Secangkir Kopi Bersama Rini
By -
September 01, 2010
3
(Tanda Merah Puisi Ruang Jingga)
By: Ferry Arbania
Bait demi bait puisi kutuntaskan juga malam ini. Menelusuri ruang jingga yang penuh pesona. Diruang jingga inilah kutemukan kesederhanaan yang amat berarti. Tanpa susu kental ataupun coklat, kunikmati saja kesederhanaan secangkir kopi itu dalam tutur cinta. Betapa hidup ini diwarnai dengan kekentalan. Penuh pahit dan manis rasa.Semanis gula sepahit kopi.
Dalam tutur cinta, orang-orang cenderung mengedepankan rasa dalam mengekpresikan keindahannya. Siapapun bebas memilih atau dipilih meninggalkian keduanya. Dalam tutur cinta, kadang kita perlu kegombalan nyata. Kepura-puraan dalam ekspresi demi sebuah bentuk kesungguhan, Sebab kuyakini, tak ada yang benar-benar bisa dijalani dengan serius dalam kehidupan napas kasihnya.
Cinta adalah dunia rasa. Alam kekecewaan yang senantiasa dibalut dengan suka cita dan cemburu. Indah tak berwajah. Diam tak berucap, sebab lidah bukanlah wajah cinta. Tangan dan belaian hanya sebinal kegelisahan dan rasa takut. Sedang lumatan bibir hanya penyangga ragu yang merunduk didahan-dahan hati manusia. Para pecinta yang diam-diam mabuk dalam rangkai pesona. Menyusun kepak dan derail gerimis air mata. Dan orang-orang itu menyebutnya sebagai sangsi gelisahan.
bahkan sebagian lainnya memaknai hari di keindahannya, memajang nuansa pada gelas-gelas kaca yang tak berkopi. Memeluk dingin dengan riak-riak kenangan yang tersimpan dalam mahabbah jiwa. Disinilah keindahan cinta bertukar ciuman, melumatkan napas keagungan pada helai rambut musim yang memutih dikepala. Mendekatkan pandang pada kesungguhan. Namun cinta tak selalu berkobar dalam keindahannya. Dan siapapun meyakini, cinta tak pernah berdosa, cinta tak pernah meminta. Cinta selalu tumbuh dalam keindahannya.Mekar mewangi dalam kelopak jiwa. Namun siapakah yang sanggup mempertahankan cinta, ketika kubangan cemburu melukai rasa. Kepercayaan telah tergadai dengan perselingkuhan angina yang menukik dibalik janji yang teringkari.
Kita benar-benar jatuh dalam peluk hangat cinta, menenggelamkan selaksa harapan pada rindu yang membiru, hingga waktu-waktu berlalu.
(bersambung……..)
Catatan: Kalimat yg dikasih garis tebal adalah penggalan puisi Rini Intama dalam sajak Secangkir Kopi di dalam Buku terbarunya ANtologi PUisi "RUANG JINGGA"
aku dikau
ReplyDeletedan aku diri ini
mencarimu
menanti-Mu
menunggumu
...dalam do'a
dalam sujud
dalam rakat dan takbir cintaku
Aku-Mu yang Maha
dan Aku-mu yang mencinta
belailah aku dengan kasih-Nya.
(Ferry Arbania)agustus 2010
sukses untukmu ferry
ReplyDeletedengan semua karya - karyamu
semoga menjadi berkah dan lentera yang indah bagi insan penggemarmu
salam Solidaritas !!!
terima kasih fer berbincang denganku dan secangkir kopi yang kutuang dicangkirmu
ReplyDelete