SPIRIT MUSIK RELIGIUS ISLAMI DAN SEMARAK RAMADAN

FERRY ARBANIA
By -
Tak dapat dipungkiri bahwa kehadiran musik-musik yang bersifat relgius (keagamaan, musik Islami) pada bulan Ramadan sangat semarak terdengar di pelbagai media elektronik televisi. Begitu juga gema musik riligius pada toko-toko kaset. Pada mesjid-mesjid pun tidak ketinggalan meng­gemakan lagu bernuansa reli­gius. Setiap bulan Ramadan tiba, ada saja grup musik yang “mendekatkan diri” dalam suasana bulan suci itu. Bahkan banyak artis-artis Islami mene­lorkan album-album religi yang bagus dan mulus diterima pasar, seperti Sulis, Ungu, GIGI, debu, Peterpan, dan sebagainya.

Demikian juga Arman Mau­lana dan lain-lain malah sempat dicap sebagai band “Paling Ramadan” dibandingkan de­ngan yang lain. Hal ini terjadi karena musik religius memiliki nilai dan makna tersendiri kehadirannya pada bulan suci Ramadan yang penuh keda­maian dan keampunan. Musik religius sengaja diperdengarkan kepada kaum muslimin karena mempunyai nilai kedamaian dan jiwa itu. Kemudian bila ditarik ke masa-masa lampau lagi lagi, Koes Plus juga sempat menelorkan album kasidah. Demikian juga Bimbo dan grup band yang lebih kearah pop ringan.

Kecuali itu, kita lihat pula perkembangan musik religius di Malaysia dengan kelom­poknya Raihan. Lagu-lagu Raihan tak selalu berbahasa melayu atau Indonesia, tapi juga menyelipkan bahasa Arab. Hingga tak semua muslim mampu memaknainya dengan baik. Meskipun begitu, tetap tak mengurangi ketertarikan muslim Indonesia dalam mene­rima kehadiran musik mereka. Lagu-lagunya dikenal sebagai kelompok musik nasyid. Da­lam perkembangan selanjut­nya bermunculanlah kelompok musik nasyid lainnya yang kental religiusitasnya dan agak konservatif.

Gerak melodi yang meng­alun dan menyejukkan jiwa dalam musik religius Islami mampu membawa perasaan dan hati kita menambah keya­kinan akan Maha Pencipta Allah s.w.t. Syair-syair yang tersaji pada musik bernuansa religius jelas tidaklah sem­barangan, tidak sekedar meme­nuhi unsur keindahannya saja, akan tetapi memiliki nilai lebih yang dapat bermanfaat bagi kemaslahatan umat manusia. Syair-syair yang tersaji bagai­manapun juga mampu meng­gugah kesadaran atas kebiasaan buruk seseorang lewat syair-syairnya yang menyentuh.

Oleh karena itu, hakikat musik religius Islami dalam dunia kreativitas seni bertujuan membuat sesuatu yang lebih baik untuk masa akan datang dalam bentuk material ma­hupun ruhaniah (spiritual) menuju keteguhan pendirian menjauhi segala bentuk ke­mung­karan dan berharap su­paya dihindarkan dari azab neraka.

Maka sebuah lagu religius akan menjadi legendaris bagi pendengarnya bila memenuhi nilai-nilai estetika, pemilihan kata dan nilai spiritualnya yang menonjol. Bagi para seniman musik religius sudah barang tentu sangat piawai dalam memilih kata-kata dan melodi yang sesuai dengan jiwa keis­laman. Kata-kta itu ada yang berbahasa Indonesia, Melayu, daerah maupun berbahasa Arab. Walaupun kadang-kadang ada juga bertujuan komersial, akan tetapi si seniman selalau mempertimbangkan karyanya akan semakin nikmat dide­ngarkan, bernilai estetika Islami, dan mampu menggugah perasaan untuk menjadi hamba Allah yang beriman dan bertak­wa.

Pengaruh musik religius Islami memang memberi kesan istimewa terhadap manusia jika nyanyian itu diwarnai dengan nilai-nilai ke-Islaman. Tentang hal ini, Sidi Gazalba ber­pendapat, “Musik dapat me­nimbulkan emosi gejolak di dalam batin pendengarnya. Merangsang mereka kepada gerakan-gerakan liar. Akan tetapi gerakan melodi sebuah musik dapat pula menimbulkan ketenangan, kerukunan, damai, dan kenikmatan hati. Nada muzik yang melahirkan kesan seperti itu selaras dengan kesan yang dikehendaki Islam.

Lagu-lagu yang bersifat religius yang saat ini dapat kita nikmati pada media televisi atau kaset-kaset yang tersebar di toko-toko kaset. Musik religius berkembang pesat bagaikan cendawan tumbuh. Apalagi para kiyai-kiyai, ustaz-ustazah sudah banyak yang menggunakann yanyian religius sebagai spirit pengembangan dakwahnya kepada ummat. Bahkan boleh dikatakan seba­hagiannya tak obahnya “artisan” menuju komersial. Walaupun lagu-lagu yang dibawakan beragam bentuknya, dari lagu yang bersifat kental nuansa religinya hingga sampai kepada lagu-lagu yang mengarah kepa­da pop ringan bernuansa religius.

Sumber Pembentukan Musik Religius

Sumber utama musik reli­gius yang brkembang di nusan­tara pada dasarnya adalah Alquran dan Sunnah Rasul (dalam hal ini Nabi Muham­mad SAW). Musik relgius sangat membantu akan kehidu­pan spiritual menuju pende­katan diri kepada Allah bagi jamaahnya. Kesenian dan keindahan yang ada pada kitab suci Alquran adalah sebuah mukjizat, yang bukan dilihat sebagai kitab biasa. Justeru dengan sifat kesenian dan keindahan itu, maka lahirlah perasaan cinta, kasih, insaf, takut, sadar dan berbagai bukti kecintaan kepada Alquran sebagai kitab suci yang mulia lagi agung. Syeikh Fathi Hasan Maliji dalam syarahannya menyebutkan bahawa bagi Alquran itu terdapat muzik dan alunan khusus atau “Walilqurani muzika alqasah”.

Salah satu ayat Alquran dalam Surat Qaaf: 7: yang maksudnya seperti berikut: Dan Kami hamparkan bumi itu dan Kami letakkan padanya gunung-gunung yang kukuh dan Kami tumbuhkan padanya segala macam tanaman yang indah dipandang mata. Jika direnungkan ayat Alquran tersebut, betapa terlihat jelas Alquran menggetar jiwa setiap manusia untuk menyelami keindahan alam semesta, di angkasa, dasar samudera, bumi, langit, dan seisinya. Selanjutnya, Allah menciptakan langit dan bumi dengan segala isinya dalam rupa yang indah dipan­dang mata. Itulah kesem­purnaan ciptaan-Nya dengan rupa-rupa keindahan layaknya syair-syair sebagai tuntunan yang Dia turunkan kepada Rasul-Nya, agar manusia mem­buka diri terhadap kebenaran atas keindahan yang Dia cipta­kan.

Oleh karena itu, seni reli­gius Islami adalah sarana yang memungkinkan ruh Islam menembusi segala perkara dan bentuk aktifitas manusia untuk mengingatkan mereka akan kehadiran Tuhan ke mana pun mereka melangkah pergi. Bagi orang yang senantiasa ingat kepada Allah, seni religius Islami selalu menjadi pendorong yang sangat bernilai bagi kehidupan spiritualnya dan sarana untuk merenungkan realitas kewujudan Tuhan (al-haqa’iq).

Selanjutnya ditegaskan lagi oleh Nasr (1993) tentang pentingnya spirit seni Islami yaitu Tanpa dua mata air yang bersumber dari Alquran dan barakah Nabi, tidak akan ada seni Islam. Suatu karya seni dapat dikategorikan sebagai seni Islam bukan hanya karena diciptakan oleh seseorang Muslim, tetapi juga karena dilandasi oleh Wahyu Illahi. Seni Islami melarutkan realita-realita batin wahyu Islam dalam dunia bentuk dan karena ia keluar dari dimensi batin Islam, menuntun manusia masuk ke ruang batin wahyu Illahi. Seni Islam adalah buah dari spiri­tualitas Islam dilihat dari sudut pandang asal kejadiannya dan sebagai sebuah bantuan, yang melengkapi dan membantu kehidupan spiritual dari titik realisasi yang menguntungkan atau kembali ke sumber.

Merujuk kepada masa lam­pau, Nasyid, qasidah, serta musik religius Islami konven­sional lain semisal Barzanji dan shalawatan telah mengakar dalam tradisi keagamaan di Indonesia. Begitu pula dengan musik sufi yang dirintis oleh Jalaluddin al-Rumi di abad 13-an. Cara mendekat kepada Tuhan, Rasul-Nya, dan melu­kis­kan agama Islam yang indah semakin bervariasi. Semakin berkembang belantika musik, semakin kreatif pula musisi Islam memainkan musiknya. Muncul kemudian nama-nama semisal Sami Yusuf, Zain Bikhal, Nusrat Fateeh Ali Khan, hingga Abida Parveen. Hingga awal abad 21, pegiat musik Islami ini berusaha menampilkan nasyid ataupun musik sufi dengan intrik-intrik yang lebih modern.

Sehubungan dengan itu, Islam melarang musik yang menyebabkan kelalaian terha­dap Tuhan dan melarang umat­nya mendengarkan musik yang akan mengalihkan pikiran mereka dari dunia spiritual serta menyebabkan cinta kedu­niawian yang berlebihan. Seba­lik­nya, Islam mempertahankan keagungan musik dan seluruh aspeknya yang dapat mene­nangkan pikiran seluruh masya­rakat. Melalui pembacaan AlQu-ran (tilawah) dan nya­nyian religius yang ber­hu­bungan dengan Rasulullah S.A.W (Barzanji) serta serang­kaian do’a suci (litani) Islam dan melalui dimensi spiritual, Islam menjadikan musik se­bagai tangga untuk menuju Hadirat Tuhan.

Sehubungan dengan itu, prinsip spiritualitas yang pen­ting dalam tulisan ini, bahwa pusat energi spiritual musik religius bersumber daripada Wahyu Islam berupa perintah bersalawat, dan menyampaikan salam kepada Rasulullah, sekaligus meligitimasi praktek nyanyian religius sebagai sebuah metode untuk men­dekatkan diri dan mengingat Allah (dzikrullah).

Konsep berpikir demikian, tentunya amalan-amalan keaga­maan yang dinyanyikan melalui musik religius Islami adalah untuk membersihkah jiwa–penyejuk–dalam kepentingan spritual. Inilah yang dikatakan al-Suhrawardi bahwa musik (al-Sama’) atau nyanyian bagi sebahagian orang seperti ma­kan, bagi sebahagian orang seperti obat, dan bagi se­bahagian yang lain seperti kipas. Ungkapan ini pada dasarnya menunjukkan bahawa musik memiliki berbagai fungsi: tenaga, penyembuh, dan pe­nyejuk jiwa manusia. Lebih jauh daripada itu, bagi kaum sufi memiliki fungsi yang beraneka ragam; membawa jiwa ke alam realitas, menyejukkan dan membersihkan hati, menge­luarkan permata Ilahiyah yang tersimpan dalam relung hati, membersihkan hati dan me­ningkatkan kerinduan serta kecintaan kepada Allah. n

Padang Panjang, 6 Agustus 2011



Oleh: EDIWAR CHANIAGO

( Dosen Karawitan ISI Padang Panjang )

sumber : haluan