Meretas Kemiskinan di Pulau Poteran

FERRY ARBANIA
By -
0
|Ferry Arbania|Meretas Kemiskinan di Pulau Poteran
SUMENEP- Pulau Poteran yang dulu dijuluki “pulau miskin,” berkat etos kerja warganya yang tinggi, kini berkembang menjadi pulau wirausahawan. Di pulau ini perlahan-lahan kemiskinan enyah.

Hanya membutuhkan waktu 10 menit dengan kapal motor dari pelabuhan Sumenep, orang sudah bisa singgah di Pulau Poteran, salah satu pulau di antara gugusan pulau di Kabupaten Sumenep. Pulau ini terbagi atas 8 desa dan satu kecamatan, yaitu Kecamatan Talango.

Pulau Poteran dihuni 40.542 jiwa atau 13.642 kepala keluarga (KK). Masyarakat miskinnya hampir 62 % dari jumlah penduduk atau sebanyak 8.457 KK. Sebelum tahun 2001, lebih dari 90 % warga Talango dinyatakan miskin, karena pendapatan per bulannya rata-rata di bawah Rp 500.000. Kesuksesan warga Kecamatan Talango dapat dilihat pada model bangunan rumahnya.

Hampir 90 persen rumah di pulau ini bertembok dan terlihat mentereng. Sudah begitu parabola bertengger di hampir setiap rumah.

Menurunnya angka kemiskinan di Kecamatan Talango tak lain berkat keuletan warganya. Mereka dengan arif memanfaatkan dana bantuan sosial yang dikucurkan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur.

Seperti yang dilakukan Chalimatus Sakdiyah (31). Pengusaha butik pengantin asal Desa Gapurana, Kecamatan Talango, ini sejak adanya Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM Mandiri ) dan Gerakan Terpadu Pengentasan Kemiskinan (Gerdu Taskin) pada tahun 2003, butik pengantinnya sekarang sudah berkembang pesat.

Wanita berkulit kuning langsat ini setiap bulan bisa membuat baju pengantin sebanyak 30 buah dengan kisaran harga mulai Rp 300 ribu hingga Rp 1 juta. Pembelinya umumnya masyarakat Talango dan masyarakat di seputaran Sumenep. Per bulan Chalimatus bisa meraup keuntungan bersih Rp 12 juta. Jumlah pekerjanya saat ini 13 orang, rinciannya 10 orang sebagai tukang jahit dan tiga orang lainnya bagian bordir. Pekerjanya yang rata-rata wanita itu dibayar Rp 1 juta hingga Rp 1,5 juta/bulannya.

Tak hanya itu saja, Chalimatus juga bisa menggerakkan roda perekonomian di Kecamatan Talango dengan mengajari 100 wanita lainnya untuk berbisnis konveksi. Lulusan setara SMP ini mengaku bahwa usaha konveksinya mulai merangkak naik sejak dia mengikuti program simpan pinjam PNPM Mandiri, tahun 2003.

Saat itu Chalimatus yang menyukai pekerjaan sebagai desainer dan penjahit sejak kecil ini mendapatkan pinjaman lunak Rp 10 juta dengan bunga hanya 2 %. Dengan tekad kuat, Chalimatus perlahan-lahan mulai berlatih membuat model baju pengantin mencontoh dari majalah mode. Hasil desain dan jahitan Chalimatus ternyata diminati warga setempat dan kini berkembang pesat.

“Saya tidak menyangka akhirnya bisa memiliki butik baju pengantin pribadi. Butik ini membanggakan saya dan alhamdullilah bisa memperkejakan para wanita di Talango ini,” ucapnya.

Menurut Camat Talango, Hainur Rasyid (45), sejak adanya program PNPM Mandiri dan Gardu Taskin, banyak warga Talango yang sebelumnya terhimpit kemiskinan kini mulai merangkak sukses. Rasyid mengakui bahwa salah satu kunci sukses menekan angka kemiskinan di Kecamatan Talango adanya program PNPM Mandiri.

“Tipikal warga Talango sebenarnya pekerja keras, asalkan mereka diberi sedikit modal maka warga sini mau bekerja keras untuk berusaha,” kata Hainur Rasyid.

Program PNPM Mandiri digulirkan tahun 2001. Dengan modal awal Rp 750 juta, sekarang telah bergerak di angka Rp 20 miliar. Dana dipakai untuk membantu rehabilitasi pembangunan desa, termasuk akses jalan. Selain itu membantu permodalan bagi wanita di pedesaan, termasuk pemberdayaan wanita di Talango.

Selain untuk usaha konveksi, dalam catatan Rasyid, dana PNPM Mandiri juga dipakai membantu nelayan dalam pengembangan budidaya rumput laut yang kini telah berhasil menembus pasar ekspor Jepang dan Korea. Rumput laut dipakai sebagai bahan produk kosmetik. Sementara untuk pasar domestik memenuhi kebutuhan pembuatan makanan agar-agar dan bahan dasar untuk es campur.

Selain agar-agar, banyaknya pohon aren di kawasan Pulau Poteran juga dimanfaatkan warga sekitar untuk merambah bisnis pembuatan gula dari siwalan. “Gula siwalan di Talango bisa untuk terapi pengobatan, salah satunya untuk penyakit diabetes,” kata Rosyid bangga.

Sejumlah warga lain perlahan-lahan ekonominya merangkak naik usai mendapat pinjaman dari PNPM Mandiri. Sebut saja Titin (45). Ibu rumah tangga ini setiap harinya memproduksi krupuk bellinda khas dari Talango yang terbuat dari ikan tengiri.

Berbekal uang pinjaman Rp 5 juta pada tahun 2008, Titin bersama kelompok kerjanya, Ibad Nursiyah, yang awalnya dari kalangan ibu-ibu pengajian, mulai serius menekuni bisnis krupuk yang terkenal gurih dan tanpa bahan pengawet ini.

Kini setiap hari Titin bisa memproduksi 30 hingga 100 bungkus krupuk bellinda per harinya, terutama saat musim ikan tengiri tiba. “Satu bungkus harganya Rp 30 ribu. Krupuk ini setiap harinya langsung ludes terbeli,” ujar istri Muhammad Halil ini.

Berkat program PNPM Mandiri, Titin bisa mensekolahkan anaknya ke jenjang perguruan tinggi. Dia mengaku program ini benar-benar bisa mengangkat derajat hidupnya yang sebelumnya kesulitan untuk makan kini menjadi mudah untuk membeli sesuatu.

Karena pengelolaannya yang bagus, menurut Rosyidi, Ketua Unit Pengelola Keuangan yang ada di desa Talango, Kecamatan Talango, tahun 2009 dan 2010 berturut-turut Kecamatan Talango meraih penghargaan kecamatan terbaik sebagai pengelola dana PNPM Mandiri dan Gerdu Taskin. Warga Talango yang terkenal ulet dan pekerja keras juga mengantarkan mereka sebagai daerah PNPM Mandiri dan Gerdu Taskin yang minim tunggakan pinjaman.

Berkat prestasi warga Talango pula angka kemiskinan di Jawa Timur kini menurun 1,42 %. Data BPS Jatim menyebutkan, orang miskin di Jawa Timur tahun 2009 sebanyak 6.002.590 jiwa, kini turun menjadi 5.539.300 jiwa. Mereka berharap program PNPM Mandiri tidak hanya diberikan kepada warga miskin saja, namun juga kepada warga yang kekurangan modal untuk pengembangan usahanya ke luar daerah.

“Suatu saat saya juga ingin gaun pengantin saya bisa merambah pasar di Surabaya,” harap Chalimatus Sakdiyah.

Ya, pulau yang dulunya dikenal miskin ini sekarang telah berubah menjadi pulau wirausahawan (*ferry maulina/jtv.co.id)

Post a Comment

0Comments

Ferry Arbania , Sahabat Indonesia

Post a Comment (0)