Belum Semua Media Sesuai Prinsip Jurnalistik

FERRY ARBANIA
By -
0
|Ferry Arbania|Media penyiaran, seperti radio, belum semuanya menerapkan prinsip jurnalistik dalam menyampaikan informasi kepada masyarakat.
Kondisi itu berbahaya, karena lembaga penyiaran berhubungan dan memberikan informasi kepada publik. Materi pemberitaan yang disiarkan, ikut berpengaruh dalam membangun budaya nasional dan jati diri bangsa.
Hal itu disampaikan Komisioner Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Jawa Tengah, Sosiawan, di sela-sela acara Pelatihan Pengembangan SDM Penyiaran di Kota Tegal, Kamis (6/10/2011).
Menurut dia, indikasi penyiaran, terutama radio yang belum sesuai kode etik jurnalistik, antara lain terlihat dari pemberitaan yang tidak komprehensif, tidak lengkap, serta pemilihan narasumber yang tidak tepat.
"Bahkan tidak hanya cara memberitakan yang belum sesuai etika, tetapi materi pemberitaan pun terkadang kurang mendidik. Sekarang hampir 90 persen materi siaran di radio berupa hiburan," ujarnya.
Padahal seharusnya, media radio juga memperhatikan aspek pendidikan, informasi, dan kontrol sosial. Kalau pun menghadirkan acara hiburan, diharapkan hiburan yang disampaikan merupakan hiburan sehat.
Menurut Sosiawan, kondisi itu terjadi karena kebanyakan lembaga penyiaran belum memiliki divisi khusus yang menangani pemberitaan.
"Mereka juga belum memiliki lembaga diklat pengembangan sumber daya manusia, termasuk untuk mengajarkan kode etik jurnalistik. Hanya sedikit radio yang punya reporter dan editor," katanya.
Anggota Komisi A DPRD Provinsi Jateng, Wahyudin Noor Ali yang menjadi salah satu pembicara dalam pelatihan itu, mengatakan pula media juga harus mampu menggali kearifan lokal, dan mengembalikannya ke dalam budaya kehidupan di masyarakat. Saat ini kecenderungan yang ada, masyarakat menganggap nilai-nilai dari luar lebih baik bila dibandingkan nilai-nilai budaya lokal.
Menurut dia, upaya tersebut penting dilakukan, karena media memiliki efek yang besar di masyarakat. " Satu kali bicara, bisa 1.000 orang yang mendengarkan, begitu pula satu kali menulis, bisa 2.000 orang yang membaca," ujarnya.(*kompas.com Kamis, 6 Oktober 2011)

Post a Comment

0Comments

Ferry Arbania , Sahabat Indonesia

Post a Comment (0)