Pengamat: Marzuki Manfaatkan SBY Sebagai Perisai Kontroversi

FERRY ARBANIA
By -
0

Marzuki Alie

 
Jakarta - Pengamat politik dari Universitas Gadjah Mada, Arie Sujito, menilai Ketua DPR Marzuki Alie mencoba berlindung dari serangan publik atas pernyataan kontroversinya dengan memanfaatkan posisi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sebagai perisai.

Dalam ilmu politik, ujar Arie Sujito saat dihubungi di Jakarta, Minggu, sikap Marzuki itu bisa dipahami sebagai usaha berlindung dari serangan publik dengan memanfaatkan logika patron-klien, dimana SBY sebagai ketua dewan pembina partai dijadikannya sebagai patron.

Pernyataan Marzuki yang membawa-bawa nama SBY itu, ujar Arie, bisa dipahami sebagai jalan untuk menjustifikasi pernyataan kontroversialnya. Namun, saat yang sama Ketua DPR sesungguhnya telah melempar "bola panas" baru ke hadapan publik dengan menarik-narik Presiden SBY ke dalam pusaran masalah.

Sebelumnya, Kepada wartawan saat berada di Istana Presiden, Rabu (3/8), Marzuki menegaskan bahwa soal wacana pembubaran Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan pemberian maaf kepada koruptor yang pernah dilontarkannya sudah tutup buku, dan ia tak berkenan berkomentar lagi.

Tapi bersamaan dengan acara buka puasa bersama Presiden SBY di kediamannya, Jumat (5/7), Marzuki justru memunculkan kembali isu tersebut dengan mengatakan Presiden yang juga Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat itu tidak masalah dengan pernyataannya.

"Saya sudah bicara dengan Bapak (SBY). Kata Bapak, kalimat saya tidak ada yang salah. Cuma kalimat itu kan dipotong saja. Dipotongnya bubarkan KPK, maafkan koruptor. Itu kan kalimat potongan," kata Marzuki.

Menurut Arie, dimensi lainnya dari pernyataan Marzuki itu adalah yang bersangkutan terbukti belum mampu menunjukkan sikap kenegarawanan yang seharusnya tercermin sebagai ketua DPR. Seorang negarawan berani menanggung segala risiko yang mungkin muncul dari setiap pernyataan atau tindakannya.

Sebagai perbandingan, Arie merujuk pada mantan presiden Abdurrahman Wahid, yang juga kerap mengundang kontroversi atas pernyataannya. "Namun berbeda dengan Marzuki, Gus Dur adalah tipologi negarawan yang berani mendorong debat publik atas pernyataannya dan siap menghadapi segala tudingan miring itu," tutur Arie.

Gus Dur, ujarnya lagi, pernah melontarkan gagasan pencabutan TAP MPRS NO XXV/1966 terkait PKI yang akhirnya gagal. "Gus Dur mampu mendorong debat karena ada pesannya. Ketika dikejar dia tetap berpegang teguh karena memang ada nilai yang dipegangnya. Beda dengan Marzuki yang buat kontroversi, namun tak teguh pada pendiriannya," ucapnya.

Lebih lanjut Arie mengingatkan Marzuki Alie agar lebih konsisten mengingat jabatan ketua DPR yang disandangnya menuntut konsistensi dan sikap kenegarawanan yang kuat.

"Kalau dia memang mau menghentikan kontroversi pernyataannya, seharusnya dia berhenti bicara. Kalau seperti sekarang ini namanya tak konsisten. Kalau tak mau ini jadi kontroversi, harusnya dia hentikan itu. Tapi kalau sekarang ini dia justru melempar bola panas, lama-lama publik makin tak percaya sama dia," ujarnya.


Sumber: http://antarajatim.com
Sumber gambar: Google

Post a Comment

0Comments

Ferry Arbania , Sahabat Indonesia

Post a Comment (0)