SKANDAL MAHARAJA MEDIA (3)

FERRY ARBANIA
By -
0
google search

SKANDAL MAHARAJA MEDIA (3)

Kalau Wartawan Terlalu Berkuasa

Semua yang terjadi memukul Murdoch, Sang Maharaja, penguasa bisnis pers itu. Gonjang-ganjing berita penyadapan dan penyuapan yang melanda kerajaannya menyebabkan Murdoch terpaksa menutup tabloid mingguannya he News of the World  di Inggris yangbertiras 2,7 juta dan sudah berusia 168 tahun.

Ternyata  itu belum cukup. Murdoch harus membatalkan – setidaknya untuk sementara -- penawarannya senilai 12 milyar dollar (lebih Rp 100 trilyun) untuk mengambil-alih British Sky Broadcasting(BSkyB), jaringan TV berbayar Inggris. Selama ini Murdoch hanya memiliki 39% saham perusahaan itu dan menempatkan anaknya, James Murdoch sebagai presiden komisaris.

Yang merepotkan Maharaja media ini kalau Kepolisian London melakukan pemeriksaan terhadap James Murdoch. Sebagai pimpinan eksekutif jaringan bisnis ayahnya untuk kawasan Eropa dan Asia, James memang bukan pemimpin langsung The News of the World, sehingga ia harus bertanggung jawab atas berbagai tuduhan penyadapan dan penyuapan yang terjadi di tabloid itu.

Tapi ditemukan bukti bahwa James Murdoch pernah memberikan persetujuan pembayaran ganti rugi terhadap sejumlah korban penyadapan yang memiliki pengaruh besar. Termasuk di antaranya ganti rugi 1,1 juta dollar (sekitar Rp 9 milyar) kepada Gordon Taylor, pimpinan Asosiasi Sepakbola Profesional (Professional Footballer Association). Artinya, James Murdoch sesungguhnya mengetahui berbagai peristiwa penyadapan yang terjadi. Itu bisa menyeretnya menjadi objek pemeriksaan polisi.

Memang James Murdoch mencoba berkelit dengan menyatakan bahwa sekali pun ia memerintahkan pembayaran ganti rugi itu, ia sesungguhnya tak memiliki gambar yang lengkap (did not have a complete picture) dari peristiwa itu. Bagaimana pun Murdoch, putranya James Murdoch, beserta segenap para eksekutif dan pembantunya, akan berusaha menyelamatkan kerajaan ini.

Yang menjadi pertanyaan: mengapa sebuah kerajaan pers bisa melakukan perbuatan tercela yang melanggar kode etik jurnalistik, bahkan tindak pidana? Di koran The Washington Post 23 Juli lalu, Pemimpin Partai Buruh Inggris yang beroposisi, Ed Miliband berkata, ‘’Jawabannya tentu apa yang kita semua ketahui tapi takut mengatakannya. News Internationalterlalu berkuasa.’’

Ini memang masalah kekuasaan. Dengan memiliki koran-koran utama di Inggris, tak aneh kalau Perdana Menteri Inggris David Cameron berteman dengan James Murdoch dan Rebekah Brooks, putra dan eksekutif perusahaan Rupert Murdoch.

Tapi sekarang yang dihadapi Murdoch bukan pemerintah Inggris, melainkan masyarakat Inggris yang marah setelah mengetahui penyadapan dan penyuapan itu terjadi, terutama penyadapan terhadap telepon Milly Dowler, gadis cilik 13 tahun, yang diculik sekawanan penjahat. Berhasil menyadap hubungan telepon, para wartawan itu bukannya melaporkan peristiwa tersebut ke polisi, melainkan lebih asyik dengan aksi penyadapannya yang menghasilkan berita eksklusif. Seperti diketahui Dowler kemudian dibunuh para penculiknya, dan itu memancing kemarahan masyarakat kepada para wartawan The News of the World.

Tampaknya yang lebih dikhawatirkan Murdoch sekarang adalah Amerika Serikat. Di sana dia memiliki mesin uang seperti jaringan televisi Fox News, studio film terkenal 20th Century Fox, dan koranThe Wall Street Journal dan The New York Post. Ada berita bahwa FBI di sana sedang menyelidiki penyadapan telepon oleh para wartawan dalam jaringan perusahaan Murdoch. (Selesai)

Amran Nasution

SUmber: http://pelitaonline.com/

Post a Comment

0Comments

Ferry Arbania , Sahabat Indonesia

Post a Comment (0)