SBY Dinilai Gemar Cari Kambing Hitam

FERRY ARBANIA
By -
0

JAKARTA, KOMPAS.com — Pengamat Komunikasi Politik Universitas Indonesia, Tjipta Lesmana, mengungkapkan kritiknya terhadap Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang kerap menyalahkan orang lain ketika tengah dihadapkan pada sebuah masalah. Ia merujuk pada pidato Presiden ketika berbagai masalah terjadi dalam tubuh Partai Demokrat. Presiden yang juga Ketua Dewan Pembina partai berwarna biru itu justru berbalik menuding media yang belakangan gencar memberitakan para kader Demokrat.
"SBY paling gemar cari kambing hitam. Itu tipikal SBY, yang saya lihat sejak dulu. Itu ada teori dalam komunikasi bahwa kita menyalahkan pihak ketiga sebagai sumber permasalahan, tetapi kita bukan melihat pada diri sendiri, kenapa bermasalah. Kecenderungannya cari kambing hitam," papar Tjipta dalam diskusi "Demokrat Pecah, Pers Disalahkan" di Gedung DPR RI, Kamis (14/7/2011).
Melihat, pidato-pidato SBY yang justru menimbulkan masalah baru, Tjipta lalu memberikan kritiknya juga kepada tim media dari staf khusus Presiden. Mereka tak bisa mengontrol dan membantu Presiden untuk mengomunikasikan apa yang terbaik yang harus disampaikan SBY kepada publik.
"Itu tim medianya (tim media Presiden) amat buruk. Seorang Presiden yang bagus harusnya meng-clear-kan masalah. Dari dulu beberapa kali saya melihat kalau SBY ngomong malah jadi makin gaduh karena selalu multiinterpretasi," tuturnya.
Menurutnya, Presiden membutuhkan sejumlah orang di bidang komunikasi dan politik untuk dapat memberikan nasihat-nasihat komunikasi kepada SBY. Jika tidak demikian, maka pidato-pidato SBY akan terus mengundang kritik sejumlah kalangan yang merasakan kemultitafsiran dari pernyataan SBY.
"Saya memang pernah dengar tim media di SBY sangat lemah karena Pak SBY merasa orang pintar, sudah doktor. Jadi, penasihat-penasihatnya mau memberikan nasihat, malah dinasihatin balik oleh SBY. Dia merasa dia lebih pintar. Jadi susah. Luar biasa confidence. Teman saya Daniel Sparringa, orang pintar juga. Namun memang, bidang dia berbeda. Dia bidang sosiologi, bukan komunikasi. Harus ada orang yang pintar komunikasi politik di belakang Presiden," ungkapnya.

Post a Comment

0Comments

Ferry Arbania , Sahabat Indonesia

Post a Comment (0)