Puisi dan Pemusikalisasian

FERRY ARBANIA
By -
0
|Ferry Arbania|Berbagai pendapat menyuguhkan batasan-batasan puisi. Batasan-batasan itu ada yang menghubungkan dengan struktur fisiknya atau struktur batinnya saja. Namun, ada juga yang memberikan batasan meliputi kedua struktur tersebut. Richards (1976: 129-225) menyebutkan bahwa hakikat puisi menggantikan bentuk batin (isi puisi) dan metode puisi menggantikan bentuk fisik puisi. Bentuk batin meliputi perasaan (feeling), tema (sense), nada (tone), dan amanat (intention). Bentuk fisik atau metode puisi terdiri atas bahasa figuratif (figurative language) dan bunyi yang menghasilkan rima dan ritma (rhyme and rhytm).


Effendi (1982: xi) menyatakan bahwa dalam puisi terdapat bentuk permulaan yang berupa larik, bait, dan pertalian makna larik dan bait. Kemudian, penyair berusaha mengonkretkan pengertian-pengertian dan konsep-konsep abstrak dengan menggunakan  pengimajinasian, pengiasan, dan pelambangan. Penyair bertitik tolak pada "suasana hati" atau "atmosfer" untuk mengungkapkan pengalaman jiwanya yang dijelmakan oleh lingkungan fisik dan psikologis dalam puisi. Dalam memilih kata-kata diadakan perulangan bunyi yang mengakibatkan adanya kemerduan atau eufoni. Jalinan kata-kata tersebut harus mampu memadukan kemanisan bunyi dengan makna.

Dari uraian di atas, dapat dijelaskan bahwa unsur bahasa yang diperbagus dan diperindah itu dapat diterangkan melalui kata konkret dan majas (bahasa figuratif). Secara terperinci, majas dan kata konkret itu oleh Effendi dijelaskan sebagai pengimajian, pelambangan, dan pengiasan.

Selain batasan di atas, batasan puisi dapat dilihat berdasarkan maknanya. Puisi ialah salah satu jenis sastra yang bentuknya dipilih dan ditata dengan cermat sehingga mampu mempertajam kesadaran orang akan suatu pengalaman dan membangkitkan tanggapan khusus melalui bunyi, irama, dan makna khusus.
Untuk memperjelas hakikat puisi, berikut ini petikan puisi "Di Depanmu Aku Sirna Mendebu" karya Budiman S. Hartoyo.
            Di depanMu aku sirna mendebu
            Engkaulah segalanya, kekekalan sempurna
            Di mataMu semesta lenyap mengabu
            Engkaulah yang abadi, serba dan maha
            ....
Jalinan kata-kata yang menghasilkan bunyi dan irama tertentu dalam puisi itu dapat membangkitkan imajinasi dan mengandung makna khusus bagi penikmatnya. Daya imajinasi dan makna puisi dapat diperkuat dengan pemusikalisasian. Pemusikalisasian puisi adalah penggubahan atau pengaransemenan sebuah lagu yang sesuai dengan sebuah puisi. 

Dengan kata lain, aransemen lagu yang digubah itu cocok dengan puisi tersebut. Penghayatan dan pemahamannya tidak lagi terbatas pada bentuk puisi yang mengutamakan kata-kata, larik, serta bait. Selain itu, penghayatannya dapat dinikmati melalui nada dan irama lagunya, tanpa menghilangkan "keutuhan" puisi yang asli. Untuk mengubah suatu puisi menjadi sebuah lagu, diperlukan pengetahuan, bakat, dan kreativitas. Ada beberapa contoh pemusikalisasian puisi, di antaranya, puisi-puisi Taufik Ismail yang dinyanyikan oleh kelompok Bimbo, puisi-puisi Sapardi Djoko Damono yang dinyanyikan oleh Neno Warisman.

(Asep Supriadi/Balai Bahasa)

sumber: balaibahasajateng.web.id edisi 28 Juli 2010

Post a Comment

0Comments

Ferry Arbania , Sahabat Indonesia

Post a Comment (0)