Kehidupan Sastra di Jawa Tengah

FERRY ARBANIA
By -
0

Jawa Tengah adalah daerah yang sebenarnya tidak pernah sepi dari kegiatan bersastra. Tampaknya kegiatan tersebut sudah ada sejak dulu. Pada masa lalu ada nama-nama seperti Yasadipura I, Yasadipura II, dan Ranggawarsita dikenal sebagai pujangga handal yang banyak menghasilkan karya sastra. Kegiatan bersastra di Jawa Tengah tetap berlanjut sampai hari ini. Banyak kantong-kantong sastra di Jawa Tengah menghasilkan sastrawan, baik yang berskala lokal, nasional, maupun internasional.
Di Semarang, sebagai ibukota Jawa Tengah, bercokol pengarang-pengarang, antara lain: Triyanto Triwikromo, Gunoto Sapari, Eko Tunas, S. Prasetyo Utomo, Eko Sugiarto, Ghufron Hasyim, Sucipto Hadi Purnomo, Timur Suprabana, dan lain-lain. Sanggar sastra yang ada di kota ini di antaranya Sanggar Paramesthi dan Gebyog. Di Semarang juga lahir penulis novel yang sedang naik daun, yaitu Habiburrahman El Shirazy.
Selain Semarang, daerah yang sering mengadakan kegiatan kesastraan adalah Surakarta. Sebagai pusat budaya Jawa Tengah, daerah ini bukan hanya merupakan tempat kelahiran sastrawan besar seperti WS. Rendra dan Arswendo Atmowiloto, lahir pula sastrawan-sastrawan lain. Mereka adalah N. Sakdani, Sosiawan Leak, Hanindawan, Andrik Purwasita, dan Siti Muslikah. Di kota ini juga tinggal penulis wanita yang produktif, terutama menghasilkan karya-karya Islami, yaitu Izzatul Jannah. Selain itu, di sekitar kota Surakarta juga terdapat beberapa sastrawan, misalnya Daniel Tito yang tinggal di Sragen, dan Khoirul S. Budianta di Boyolali.
Di samping kedua kota tersebut, Magelang merupakan daerah yang juga didiami oleh banyak sastrawan. Di antara mereka adalah Herlino Soleman, Dorothea Rosa Herliani, Jazimah Al Muhyi, dan Triman Laksono. Demikian pula, daerah-daerah di sekitar Magelang, bahkan beberapa di antaranya mendirikan sanggar sastra. Di Purworejo ada Sukoso DS yang mendirikan Sanggar Kopisisa dan di Kutoarjo Ustadji Pantja Wibisana mendirikan sanggar Kalimasada. Di kota-kota sebelahnya tinggal sastrawan yang aktif berkarya, misalnya Roso Titi Sarkoro di Temanggung, dan Maria Bo Niok di Wonosobo. Sementara di Banyumas terdapat sastrawan besar, yaitu Ahmad Tohari.
Kehidupan sastra di pesisir utara Jawa Tengah sebelah barat didominasi kota Tegal. Di kota ini berdiri Sanggar Tabloit Tegal-tegal yang sering memublikasikan karya-karya sastrawan lokal di sana. Para sastrawan Tegal yang pernah memublikasikan karyanya, antara lain Ki Bagdja, Moch. Hadi Utomo, Turah Untung, Lanang Setiawan, Dwi Erry Santosa, S.L. Gaharu, Aryo Sunaryo Karman, Apito Lahire, Anis Yahya, Suprapto Haries, Denok Harto, Nur Ngudiono, Wuryanto, Batuh Imam Kapsan, Oyan S. Aryo, Endhy Kepanjen, dan lain-lain.
Di pesisir utara sebelah timur terdapat sederet sastrawan yang patut diperhitungkan namanya. Di Rembang berdiam sastrawan kharismatik, yaitu Mustofa Bisri. Di Pati ada Retno Anita Lestari yang membentuk komunitas sastra dengan nama Sastradipati. Di Kudus ada Jimat Kalimosodo, Mukti Sutarman Espe, Yudhi MS, dan Aryono KD. Di kota ini lahir pula komunitas sastrawan yang menamakan diri Kelompok Penulis Kudus. Kota Blora terkenal sebagai tempat kelahiran sastrawan besar, Pramudya Ananta Toer. Selain itu, lahir pula beberapa sastrawan lain, di antaranya Poer Adhi Prawoto, Jayus Pete, JPX. Hoery, dan Ngalimu Ana Salim. Di kota ini pernah ada sanggar sastra Jawa bernama Grup Diskusi Sastra Blora.
Demikianlah, informasi ini membuktikan kehidupan sastra di Jawa Tengah masih terus berjalan. Bukan tidak mungkin akan muncul sastrawan di kota-kota lain yang akan memerkaya kehidupan sastra di Jawa Tengah.  (Kustri Sumiyardana/Balai Bahasa Prov. Jateng)

Sumber:http://www.balaibahasajateng.web.id edisi 28 Juli 2010

Post a Comment

0Comments

Ferry Arbania , Sahabat Indonesia

Post a Comment (0)