Mendaras Puisi oleh Acep Zamzam Noor, D Zawawi Imron, Joko Pinurbo & Remy Sylado

FERRY ARBANIA
By -
0
|Ferry Arbania|Iman adalah salah satu ilham utama dalam kesusastraan. Kerap kali sastrawan Nusantara digerakkan oleh tawaran kebenaran agama. Tapi agama tak selalu menjadi panglima atas karya. Sebagian penyair menghidupkan latar belakang agamanya sebagai bahan alamiah bagi sajak-sajaknya, tanpa pretensi berdakwah. Di sini, khazanah keagamaan pun lebih merupakan kekayaan ketimbang dogma. Dalam program bulan puasa ini, Komunitas Salihara menampilkan acara baca puisi oleh empat penyair papan atas Nusantara, yang menggarap tradisi keagamaan tempat mereka lahir dan tumbuh, tanpa menundukkan sastra di kaki panglima agama.

Acep Zamzam Noor lahir di keluarga pengelola Pondok Pesantren Cipasung, Tasikmalaya, Jawa Barat. Selepas SMA di lingkungan pesantren, ia melanjutkan pendidikan ke Jurusan Seni Lukis Fakultas Seni Rupa dan Desain ITB. Sebagai pelukis dan sastrawan, ia telah melanglang buana. Acep dikenal akan kelincahannya dalam menarikan tema-tema urban maupun pesantren, religius maupun sekular.

D Zawawi Imron mengalami pendidikan Sekolah Rakyat di era penjajahan, lalu melanjutkan ke Pesantren Lambicabbi, Gapura, Sumenep. Kumpulan sajaknya Bulan Tertusuk Ilalang mengilhami sutradara Garin Nugroho membuat film layar lebar dengan judul sama. Ia mendapat beberapa penghargaan bagi karyanya yang sangat kental dengan religiusitas Islami tanpa kehilangan humor.

Joko Pinurbo pernah mengenyam pendidikan calon pastor di Seminari Menengah Mertoyudan, Magelang. Ia melanjutkan ke IKIP Sanata Dharma Yogyakarta Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Puisi-puisi Jokpin sarat dengan suasana keagamaan dalam ruang-ruang intim dan domestik, yang hadir dalam ironi.

Remy Sylado adalah seniman serba-bisa. Ia dikenang sebagai pelopor gerakan "Puisi Mbeling" di tahun 70-an, suatu aliran puisi yang memberontak terhadap kaidah estetika sebelumnya. Ia mengenal bahasa-bahasa alkitab – Arab, Ibrani, Yunani – di Seminari Theologia Baptis Semarang, yang mengantarnya pada pemahamaan teks-teks religius. Meski demikian, "mbeling" atau nakal dan menyempal selalu lekat dalam penggarapan khazanah keagamaan dalam karyanya.

Mendaras puisi oleh Acep Zamzam Noor, D Zawawi Imron, Joko Pinurbo & Remy Sylado ini akan diselenggarakan di Teater Salihara, Kamis, 19 Agustus 2010, 20:00 WIB. Terbuka untuk umum, dan gratis. Tempat terbatas, pendaftaran paling lambat 18 Agustus 2010 pukul 17:00 melalui dita.salihara@gmail.com atau 0812-8184-5500.

Untuk keterangan lebih lanjut mengenai acara ini maupun program Komunitas Salihara lainnya, atau juga permintaan peta lokasi Komunitas Salihara, silakan hubungi melan@salihara.org atau dita@salihara.org, www. salihara.org.

Sampai bertemu di Komunitas Salihara!


Komunitas Salihara; Jl. Salihara 16, Pasar Minggu, Jakarta Selatan 12520. Tel: 021-789-1202. Komunitas Salihara, Bersama Publik Merawat Kebebasan.


(Parkir terbatas, kami melayani pemesanan taksi di tempat.)

Sumber:http://forum.kompas.com

Post a Comment

0Comments

Ferry Arbania , Sahabat Indonesia

Post a Comment (0)