KOMENTAR-KOMENTAR PEMBACA :
Estetika Puisipuisi Rini Intama – Sebuah pengantar,
DR. Sudaryono M.pd (Dimas Arika Mihardja)
Dalam “estetika sederhana” ini, demikianlah, seorang Rini Intama telah
menyediakan teks-teks puisi dengan estetika sederhana dan mengajak kita
berkomunikasi menangkap lanskap kehidupan yang didedahkan. Komunikasi
batiniah yang ditopang spiritualitas menghadapi hidup dan kehidupan
niscaya akan banyak mendatangkan manfaat. Selamat membaca dan menggali
hikmah positif yang terdedah melalui komunikasi puitik puisi-puisi karya
Rini Intama. Saat kita menyelam dan menyelami kedalaman maknanya,
percayalah,kita akan tercerahkan oleh estetika sederhana yang dipilih
penyairnya. Salam budaya.*) Penulis adalah pengajar puisi di Universitas Jambi, penyair, dan pemerhati seni budaya
Puisi-puisi
dalam buku ini, merupakan gurat-gurat perjalanan keindahan bagi Rini
Intama. Setiap bersentuhan dengan orang, benda, ruang dan waktu, mampu
dituangkan sebagai sebuah pergulatan yang manis. Begitulah wanita ini
memaknai banyak hal dengan banyak keluwesan hatinya. Hati yang indah
dalam menjaga persahabatannya dengan hidup. (Arieyoko KSMB, penyair penggiat sastra etnik)
“Puisi-puisi
Rini Intama puisi-puisi yang punya kecenderungan sentimentil namun ia
sama sekali tidak ingin terjebak dalam sastra aliran pada terminologi
sentimentalisme romantik yang telah didefinisikan, atau mungkin
dibakukan, oleh para pendahulu. Buktinya, puisi-puisinya adalah –
sebagaimana dapat kita telaah bersama dalam antologi ini – puisi-puisi
yang mencoba dan berhasil bergaya ucap, berdaya ungkap khas penyairnya
sendiri.” (Boedi Ismanto SA, Penyair dan Penulis)
Puisipuisi
Rini Intama ringan seperti kapas. Membaca puisi-puisinya, kita seperti
diajak terbang melayap ke wilayah-wilayah yang kadang terpencil dan
tersembunyi. Diksinya kuat menandakan kecerdasan. Tematiknya luas
menandakan kepeduliannya yang luas. Di sanalah, diam-diam saya selalu
menemukan keindahannya, sekaligus menangkap kesadaran-kesadaran baru
dari puisi-puisinya yang tampak bersahaja itu. Tak syak, buat saya, Rini
Intama adalah perempuan penyair yang sangat layak diperhitungkan di
masa depan. (Kurniawan Junaedhie, penulis puisi, editor buku dan tukang kebun)
Mencermati
puisipuisi Rini Intama dari mulai antologi Ruang Jingga, Phantasy
Poetica dan puisipuisi yang lahir pasca Pengadilan Puisi, ada sesuatu
yang menarik perhatian saya adalah semangatnya untuk terus menulis,
belajar dan mempublikasikan puisipuisinya. Sisi inilah yang jarang
dimiliki baik oleh pemula maupun yang bukan pemula dalam hiruk pikuk
dunia sastra maya sekarang ini. Bravo Rini ( Abah Yoyok – Pemerhati sastra, Penyair dan penulis)
Membaca
Rini Intama dalam puisi-puisinya adalah mengarungi dunia imaji
kata-kata yang bening dan jernih yang lahir dari kepolosan
pengungkapannya. Rini tidak berpretensi, paling tidak dalam kumpulan
puisinya ini, untuk menggunakan diksi-diksi yang wah. Tetapi justeru
dalam kepolosannya inilah bersemedi kekuatan puisi-puisi Rini.
Tidak ada pesan-pesan besar yang memberati puisi-puisi Rini. Namun
justeru di sinilah puisi-puisi Rini menemukan essensinya sebagai puisi.
Puisi bukanlah medium slogan. Puisi adalah sebuah cara pandang dunia
manusia untuk menjadikan sesuatu yang tampak sia-sia menjadi bermakna
dan membuatnya abadi. Dan Rini Intama sebagai kreator puisi, Penyair,
telah menggunakan cara pandang ini dengan proporsi yang tidak kurang dan
tidak lebih. Dengan realitas pengalamannya dalam berinteraksi baik
dengan dirinya sendiri, dengan lingkungannya, atau dengan Tuhan, yang
telah dibaharukan kembali dalam dunia imajinasinya, pengalamannya itu
menjadi sesuatu yang bermakna, pantas dikenang dan diingati. (Enes Suryadi – penyair )
Setelah
mengenalnya, saya menjadi semakin mengerti apa itu dedikasi dan
totalitas dalam berkarya. pergaulan rini intama yang cair dengan banyak
penyair yang memiliki berbagai karakter dan latar belakang tak lantas
membuatnya menjadi peniru. tapi ia tetap berpuisi sebagaimana dirinya,
satu lagi hal yang juga saya kagumi darinya adalah produktivitasnya
dalam berpuisi, seakan mengalir tanpa henti. hal apapun dapat
dijadikannya puisi dengan derajat yang tak berbeda dari puisi-puisi yang
dihasilkan dalam waktu yang hampir bersamaan. salut! dan kesederhanaan
adalah kekuatan puisi-puisi rini intama. orang tak harus mengernyitkan
dahi terlebih dulu untuk dapat mengerti puisinya. di saat banyak penyair
sibuk berputar2 untuk menyampaikan suatu hal/ pesan, rini memilih
melewati ‘jalan lurus’ itu. (Yudhie yarcho, peminat sastra, penyair)
Membaca
puisi-puisi Rini Intama yang terkumpul dalam buku ini seperti mengajak
kita bercengkrama, memahami, memaknai arti hidup dan kehidupan.
Kepekaannya terhadap lingkungan, status sosial kemasyarakatan memberikan
ruang kepada pembaca untuk lebih peka terhadap realitas yang terjadi.
Di sisi lain, sebagai seorang pendidik, tentunya Rini Intama telah
berhasil memotivasi dan memberi pembelajaran berlebih sebagaimana
tercermin, tersirat, dan tersurat dalam “kidung” kumpulan puisi nya.
Sebagai seorang sahabat tentunya ada apresiasi berlebih terhadap
karya-karyanya di mana “kepekaaan” yang ditawarkannya kembali menggugah
serta memberikan wacana yang begitu luas “intim” untuk sekali lagi
membaca dan mengakrabi semesta raya sehingga ketuk-ketuk rasa kecintaan
senantiasa mengaliri dan menyelimuti jiwa kita. (Amin Mulyanto, pemerhati sastra, penyair )
pemahaman
tentang mbak Rini sebagai sahabat indah saya, bagi saya seorang Rini
Intama adalah sosok inspiratif, yang mengajak saya agar lebih serius
menekuni tulis menulis puisi yang dulu saya anggap hanya cara saya
menyalurkan hobi dan melalui tulisannya yang sangat beragam saya belajar
banyak tentang kekuatan mbak Rini dalam menuangkan perasaannya.
Kecintaan mbak Rini akan dunia sastra sangat penting untuk membangkitkan
semangat belajar dalam diri saya apalagi kesediaan mbak Rini jadi
terdakwa di Acara Pengadilan Puisi, sungguh ini sangat mengagumkan saya.
Pendek kata, dia adalah sahabat yang tulus hati, persis seperti
pesannya di puisi Silaturahmi..”Peliharalah kasih sayang ini pada sebuah
silaturahmi yang indah.
(Bening hati – Pendidik – penyair )
Menyelami Cinta Lewat Antologi ‘Gemulai tarian Naz” karya Rini Intama.
Sebagai seorang Jurnalist, saya melihat kumpulan sajak-sajak yang lahir
dari penulis masa depan Rini Intama, yang saat ini ada ditangan pembaca,
seolah-olah dan sedang mengajak kita lebih jauh memahami dimana kita
hidup, pada siapa kita berbagi, dengan siapa kita berkawan. Apalagi kita
hidup disebuah negeri yang gemah ripah loh jinawi.
Saya temukan Cinta dalam buku ini , ada juga Tuhan, Perempuan dan rindu.
Ada juga sahabat dan kisah hidup yang tertuang dalam kebebasan yang
lentur dan memukau. Sebab didalamnya, ada keajekan bahasan dan diksi
yang tidak ribet. Salut dengan kelahiran buku “Gemulai tarian Naz” yang
di tulis Rini Intama. Apakah Anda akan membiarkan cinta tumbuh dialtar
jiwa yang kering? Menyelamlah dalam estetikan lautan puisi masa kini
Rini Intama. (Ferry Arbania, Sanggar Kopi Madura, Jurnalis dan Announcer Radio Nada FM Sumenep, Madura.
Post a Comment
0Comments
3/related/default
Ferry Arbania , Sahabat Indonesia