Puisi Bukanlah Mantra

FERRY ARBANIA
By -
0
by: Ferry Arbania
Puisi yang kau sangka mantra, telah menyihir rindu disetiap dada perempuan, membagi tangis pada ruang  tanya laki-laki. Semula aku mengira, tak ada yang bisa dilakukan untuk meyakinkan para hati. Hidup ini memang butuh kasih sayang dan apresiasi mendalam dari setiap yang pemeluknya. Jangan main-main dengan kata.  Siapapun bisa terbuai bahkan terbunuh karena ketajaman maknanya. Kata adalah senjata dan hatimu adalah medan terbaik melahirkan kesetiaan karang.


Puisi bukanlah mantra, tak perlu berkecil hati, jangan lukai mimpi. Sudah sering kita mendengar dan menikmati aroma luka yang menganga. Kepahitan hidup ini perlu kau siangi dengan kata manja dan lembut senyuman. Biarkan matahari berkhutbah tentang pegantian waktu. Sebab malam-malamku akan terus berbagi denganmu. Kita masih punya rembulan untuk mengenyahkan gelap dan kerabunan rasa. Kita masih memiliki senandung  sorgawi buat menepis kecurigaan dan angan kata yang terlampir disetiap kecemasanmu.

Lantas, adakah yang lebih agung dari kesucian cinta? Begitu juga air mata, kadang tidak pernah usai melahirkan kata-kata. Kutahu kau tak mau mengerti, tapi inilah teka-teki hidup yang  harus kita jalani. Terlepas dari suka atau tidak, kita tetap bergerak menuju masa depan. Tak ada lagi pilihan melainkan keputusan. Tak ada lagi cinta melainkan kesungguhan, bukan pada suka atau duka yang kau dambakan.

Hidup ini sudah pilihan. Kau tak perlu memilih. Sebab pilihan hidup adalah kemauan. Bukan pada takdir, bukan pada sunnatullah dan bukan pula seleksi alam. Kita berjalan bukan pada lurusnya jejak kaki. Tidak juga dengan lambaian atau berebut bicara mengejar kemenangan.

Hidup ini sudah pilihan, tak usah diskusi. Menarilah bersama puisi.  Meski semerbak auranya kadang tak tembus ke ufuk jiwa.

Puisi dan getirnya kata-kata, mengayak hidup semakin halus dan bermakna. Kenapa harus lukai rasa, jika maksudmu untuk sekedar mengungkap kecewa. Hidupku dan hidupmu adalah pertaruhan, jangan sia-siakan. Teruslah mengartikan puisi, meski perut kosong kadang tak berisi.

23/6/2011

Post a Comment

0Comments

Ferry Arbania , Sahabat Indonesia

Post a Comment (0)