Sajak Api

FERRY ARBANIA
By -
1


Oleh: Ferry Arbania

Ketika dunia bersama lautan api,
dan kebenaran tak lagi diagungkan,
para pencari keadilan berbondong-bondong
mengerumuni nisan sesepuh mereka,

sambil memohonkan ampun atas kerakusan saudara-saudara mereka
yang tengah berkuasa., menggelapkan mata hati dalam nyata.

Bumi diguncangkan air mata,
matahari terkesiap mengeringkan tangis bianglala,
sementara penguasa,
makin deras di gebuki gelombang unjuk rasa.

Malam ini tak ada lagi suara –suara,
hanya rintihan gamelan dan gending Puspo
yang makin gemulai menandai siaran radio
menambah semangat seribu sembilan ratus ’45 nyawa.

7 Juni 2011/ disebuah Desa Di Indonesia

Post a Comment

1Comments

Ferry Arbania , Sahabat Indonesia

Post a Comment