Upaya evakuasi bangkai kapal
Belanda diperairan laut Gili Raja, Sumenep tampaknya bakal mengalami hambatan.
Pasalnya, bangkai kapal
yang bernama Feyernod 455-456, buatan tahun 1914 itu, masih mendekam di
dasar laut periaran Gili Raja Sumenep, Madura Jawa Timur.
Untuk mengevakuasi kapal perang Belanda itu dipastikan dana
yang tidak sedikit. Apalagi lokasi kapal dengan berkisar 670 meter dari pesisir
Desa Banmaleng, Kecamatan Gili Genting atau berjarak sekitar 9 mil dari
Pelabuhan Cangkarman, wilayah pesisir di Kecamatan Bluto, Sumenep.
Bangkai kapal yang dilengkapi dengan alat-alat perang ini
juga diyakini akan menjadi obyek wisata dari berbagai kalangan, termasuk dari
mancangera, utamanya Negara Belanda, yang sejauh ini sering bertandang ke
sejumlah obyek peninggalan ‘nenek moyang’ mereka di Wilayah Madura, semisal
Benteng Belanda, di daerah Kalianget dan lainya.
Ironisnya, Kapal Fye
Noord , yang pertama kali ditemukan seorang warga pada awal Januari lalu itu
memiliki bentuk kapal yang sangat mirip dengan kapal perang Tentara Nasional
Indonesia (TNI) pada era 80-an. Adapun
panjang kapal sekitar 50 meter dengan
lebar sampai tujuh meter. Kapal peninggalan Belanda itu diyakini menggunakan
mesin uap. Karena didalam ruang mesin terdapat tulisan berbahasa Belanda yang
bunyinya bertuliskan “Jika suhu naik mencapai 90 derajat, mak mesin harus
dimatikan”.
Temuan mesin kapal perang milik Belanda ini tak ayal tersiar
kemana-mana. Hal tersebut membuat sejumlah kalangan berharap, kapal itu bias segera
dievakuasi kedaratan untuk dijadikan obyek wisata. Namun proses pemindahan
bangkai kapal yang lengkap dengan
senjata dan peratalat perang itu tentunya tidak mudah dan butuh biaya yang
sangat besar plus peralatan yang handal.
“ Untuk mengevakuasi kapal perang belanda itu tentu
memerlukan biaya yang sangat besar. Paling sedikit Rp. 200 juta”, ujar Pembina
Saka Bahari Lantamal 5, Serma Muhadi, Kamis (17/3/2011)
Melihat besarnya dana yang harus dikeluarkan, untuk sekedar
mengevakuasi bangkai kapal itu, maka menurut Muhadi perlu pemikiran lain.
Menurut Pria yang juga Ketua Penyelam, dalam penelitian kapal perang “Fye Noord”
ini, dirinya perlu melakukan langkah-langkah. Salah satunya adalah dengan
membiarkan kapal itu dibawah laut.
“ Saya sudah membicarakan masalah kapal Belanda ini dengan
pihak Pemkab Sumenep. Saya mengusulkan agar kapal itu dibiarkan didasra laut
saja, untuk dijadikan wisata bawah laut”, imbuh Muhadi.
Ferry Arbania , Sahabat Indonesia