Jangan Main-main Dengan Puisi

FERRY ARBANIA
By -
0
 by: Ferry Arbania

Jika saja orang tidak ragu-ragu untu memahami apa itu puisi, dengan kalimat singkat yang padat makna, maka saya yakin tak ada lagi pertentangan dan aksi saling menangkan diri sendiri. Dijaman ini, kehadiran manusia yang mulai enggan berpuisi, sedap kopyor wajah penyair yang tulisannya mengusik relung sukma itu, seolah-seolah mengajak kita bersama, untuk selalu bergandeng tangan membangun cinta diistana hati yang disebut sumber kebenaran.
Manusi reformasi cenderung mengeruk keuntungan finansial dari pijakan langkah yang mereka pilih. Kemanusiaan sepertinya dilibatkan dalam hembusan angin yang menebar diantara jala sutera dan permusuhan. Meski tidak selalu bertengkar, permusuhan lebih banyak diperankan dengan kata-kata muluk dan janji gombal.

Lihat saja para polisi kita
siapa diantara mereka yang benar-benar berteriak untuk kemanusiaan
lantas siapakah yang hendak menebus kekecewaan bangsa ini
ketika persatuan dihargai dengan kepentingan
dan kejujuran selalu berujung dengan penindasan?
umat siapakah yang duduk perkasa diatas singgasana merdeka
membentuk opini dari sarung dan dada perempuan tua
weleh, puisi lagi, puisi lagi.....
kalimat ini hanya menyindir dan memanaskan hati sang penyair
tapi siapakah yang masih layak disebut penyair?
ketika tulisan-tulisannya tak mampu menyalakan lentera hati yang gersang
sajak-sajak siapa lagi yang mesti dilisankan.
ketika puisi-puisi kita hanya disortir di meja redaksi.
kebijakan demi kebijakan

sekarang dengar kataku
"Jangan bermain-main dengan puisi".

:Berhenti di titik pertama.

Madura, 27 Januari 2011

Post a Comment

0Comments

Ferry Arbania , Sahabat Indonesia

Post a Comment (0)