LOMBA TULIS : Koran ON LINE Di Tepi Jaman

FERRY ARBANIA
By -
0
Sipapun orangnya bakal menjadi “asing” bila belum mengenal segala sesuatu yang ada di seputarnya. Apalagi sesuatu tersebut menyangkut suatu capaian hasil teknologi yang diusung oleh manusia modern, keterasingan ini biasanya disebabkan lantaran life style sebagian besar Masyarakat Indonesia yang tidak inovatif, karena tersihir dengan keterpurukan yang membelitnya, sehingga mereka lebih leluasa menikmati hasil teknologi lama.  

Tentu saja hasil karya manusia yang dikemas dalam teknologi sebagai resultan dinamika social peradaban, disalah satu sisi akan menuaikan aspek efesiensi waktu, tenaga dan pendanaan. Aplagi bila efisiensi tersebut menyangkut sebuah informasi yang sekarang menjadi label utama manusia modern. Dengan informasi inilah, masyarakat modern mampu larut dalam komunikasi dan interaksi social dalam kemasan kegiatan politik, perdagangan, misi social,pelayanan social seperti relawan kita yang berjuang di Mentawai dan Gunung Merapi. Namun juga informasi yang serba efesien dan berdaya guna optima tersebut mampu mengusung dampak negatif terhadap masyarakat kita.

Namun suatu kepentingan yang lebih besar yang dibutuhkan masyarakat guna menggapai tujuan bersama sebuah masyarakat social tersebut ternyata lebih mendominasi ketimbang ekses negatifnya yang bersifat variatif.  Teknologi informasi tersebut adalah hadirnya Koran (nama umum media  cetak) On Line, atau public lebih senang menyebut OL atau Daring (Dalam Jaringan). Koran OL ini terus saja merangsek bertambah membahana dari tahun ke tahun, sehingga diprediksi bisa lebih menggantikan hadirnya koran cetak yang memiliki banyak keterbatasan.

Prinsiputama Koran ON adalah menyediakan informasi yang sekarang tayang dari kejadian/event yang beberapa menit berlangsung. Kita usah menunggu jadwal sirkulasi koran cetak, yang biasanya  didapat pelanggan saat pagi atau sore. Dan keterbatasan lainnya yang nampaknya bakal ditinggalkan oleh banyak pelanggan. Hal ini perah terjadi di negeri Paman Sam yang mengakibatkan ambruknya koran koran besar, karena ditinggalkan oleh pelanggannya.  Dengan spesifikasi seperti tersebut di atas, maka bagi koran OL yang telah memasang  kolom opini, laporan daerah, politik dan lain sebagainya haruslah lebih jeli memasang matanya dan dalam aspek inilah peran seorang journalis sangat dibutuhkan. Apalagi eksistensi koran OL tersebut berada di negeri 1001 anarkis dan 1001 bencana, yang berlangsung di Negara seluas   1.9 juta mil persegi dengan 6000 pulau, jelaslah secanggih apapun teknologi informatika yang mengusungnya tak akan mampu mengkover dinamika Indonesia dalam berbagai aspek.

Guna mencapai hasil yang optimal dalam hal pelayanan informasi pubik tersebut,  maka kehadiran citizen journalis sangat diharapkan. Karena journalis jenis ini bisa menjamin penayangan informasi yang dikirim oleh siapa saja yang memiliki informasi tersebut. Dengan karakterisitik inilah maka dapat dikatakan bahwa koran OL adalah koran milik publik, siapa yang memiliki informasi dia menayangkan sendiri. Apalagi bagi koran OL yang melengkapi aplikasi tampilan video, maka beda koran OL dengan media televise sudah tak banyak berbeda. Sehingga inilah yang menjadi kekuatan tersendiri bagi koran OL yang diprediksi abakal menggeser peran aktif koran cetak.  

Koran OL juga mampu mewadahi anak bangsa yang bersikap mental memiliki kepedulian, tanggung jawab dan keprihatinan social yang tinggi, apalagi di Negara yang sedang mengidap banyak ketimpangan atau pergeseran nilai social. Idealisme tersebut dapat ditumpahkan dengan menyodorkan gagasan pencerahan terhadap social di sekitarnya.

Inilah salah satu kebahagian tersendiri bagi Cityzen Journalist. Idealisme ini juga akan bertambah kokoh karena dengan wadah media ini, Cytize Journalist mampu melakukan sharing interaktif dengan public.   Namun apakan eksistensi media ini bajal terganjal dengan rendahnya minat baca masyarakat Indonesia. Untuk menjawab pertanyaan ini kita dapat menggunakan data analogy penggemar facebook di Indonesia, karena diasumsikan bahwa facebook adalah teknologi informasi yang tidak jauh berbeda dengan koran OL. Seperti kita ketahui bahwa Indonesia menjadi 10 negara terbesar pengguna bersama dengan . AS, Inggris, Turki, Perancis, Canada, Itali, Spanyol, Australi dan Pilipina. Perkembangan facebooker ini melesat dari tahun ke tahun,  mulai hanya  831 ribu facebooker pada tahun 2008 hingga mencapai jumlah 22 juta pada tahun 2010. Dengan demikian eksistensi koran OL di jaman ini tidak lagi disangsikan’  
 

Penulis: Ir. Bambang Sukmadji Guru MA Futuhiyy
Sumber: www.kabarindonesia.com 

Post a Comment

0Comments

Ferry Arbania , Sahabat Indonesia

Post a Comment (0)