Pada
masa lalu, hiduplah seorang Filsuf yang namanya tak lenyap sampai kini.
Filsuf ini lahir pada tahun 384 SM di Stagira, Makedonia. Perjalanan
hidupnya memiliki kisah untuk bisa belajar kepada Plato di Athena,
Yunani, sejak sekitar usia 17 tahun. Di Akademi Plato, ia mendalami
pelbagai hal. Tercatat, ia menempuh studi di sekolah milik Plato itu
selama kurang lebih 20 tahun. Pada tahun 322 SM, ia meninggal dunia.
Siapakah ia?
Michael H. Hart memasukkan namanya dalam 100 orang
paling berpengaruh di dunia sepanjang sejarah. Ia adalah Aristoteles
yang seperti gurunya sempat mendirikan sebuah sekolah yang diberi nama
Lyceum sekitar tahun 355 SM. Dari begitu banyak karya tulisnya, ada dua
karya Aristoteles yang menarik dicermati: buku Etika Nikomakheia dan
Politika.
Bryan Magee dalam buku The Story of Philosophy
memaparkan garis besar dua buku Aristoteles itu. The Story of
Philosophy diterbitkan Dorling Kindersley Limited, London, pada 2001.
Diterjemahkan oleh Marcus Widodo&Hardono Hadi, buku ini diterbitkan
Penerbit Kanisius, Yogyakarta, pada 2008, dalam edisi bahasa Indonesia.
Berikut pemaparannya:
“Lewat tulisannya, Aristoteles juga membahas etika. Karya utamanya adalah buku Etika Nikomakheia................
Ia
mulai dengan proposisi bahwa setiap orang menginginkan kehidupannya
bahagia dalam arti sepenuh-penuhnya. Menurutnya, kehidupan yang bahagia
itu dicapai jika manusia bisa menjalankan dan mengembangkan segala
kapasitas dirinya secara maksimal dan sesuai dengan kehidupan dalam
sebuah masyarakat. Mengumbar keinginan pribadi dengan cara semaunya
sendiri atau dengan memaksa kehendak sendiri akan membawa kita ke dalam
konflik abadi dengan orang-orang lain. Itu buruk. Namun, bila keinginan
dan kehendak tidak disalurkan, itu juga sama buruknya. Maka,
Aristoteles mengajukan doktrinnya yang terkenal, yang disebut “jalan
tengah emas”(the golden mean), yakni titik tengah di antara dua ekstrem
yang masing-masing sama buruknya. Misalnya, kemurahan hati adalah jalan
tengah antara boros dan kikir, keberanian adalah jalan tengah antara
kenekatan dan ketakutan, menghargai diri sendiri adalah jalan tengah
antara sombong dan rendah diri, rendah hati adalah jalan tengah antara
pemalu dan tebal muka. Yang menjadi tujuan adalah menjadi pribadi yang
seimbang. Dan, menurutnya, inilah jalan untuk meraih
kebahagiaan...................................
Etika Nikomakheia
karya Aristoteles mengantar langsung kepada karyanya yang lain,
Politika. Sebenarnya kedua buku ini memang dimaksudkan sebagai bagian
pertama dan kedua dari risalah yang sama, sebab, menurut Aristoteles,
tujuan pemerintahan adalah memungkinkan para warganya memperoleh hidup
yang penuh dan bahagia. Hanya dengan menjadi anggota masyarakatlah,
seorang individu dapat memperolehnya. Kebahagiaan dan kepenuhan diri
tidak mungkin diperoleh dalam keterkucilan pribadi. Inilah inti
pernyataannya yang banyak dikutip: “Dari kodratnya, manusia adalah
makhluk politik”. Menurutnya, ada pelbagai dimensi sosial dan politik
yang tak dapat dilepaskan dari kehidupan pribadi yang bahagia. Salah
satu aspek yang paling berpengaruh dari filsafat politiknya adalah
pandangan bahwa negara harus memampukan. Fungsi negara adalah
memungkinkan perkembangan dan kebahagiaan individu.”
Begitulah
pemikiran Aristoteles dalam dua karyanya yang diberi judul Etika
Nikomakheia dan Politika. Apa yang dipaparkan Bryan Magee lewat buku
The Story of Philosophy sedikit banyak telah memberikan gambaran
pemikiran Aristoteles, meskipun untuk mendapatkan gambaran yang
komprehensif tetap harus membaca buku Aristoteles secara langsung.
Pemikiran Aristoteles tentu juga memerlukan koreksi.
Selain dua
karya di atas, ada banyak lagi karya tulis Aristoteles lainnya. Michael
H. Hart dalam buku 100 Orang Paling Berpengaruh di Dunia Sepanjang
Sejarah menuturkan, “Aristoteles menulis soal etika dan metafisika,
soal psikologi dan ekonomi, soal teologi dan politik, serta soal
retorika dan estetika. Dia menulis tentang pendidikan, syair,
adat-istiadat bangsa-bangsa kurang beradab, dan konstitusi Athena.
Salah satu proyek risetnya adalah pengumpulan konstitusi sejumlah besar
negara, yang kemudian diujinya dengan studi perbandingan.”
Michael
H. Hart menuliskan, “Tercatat 47 karyanya berhasil diselamatkan, dan
daftar tempo dulu mengenai karyanya mencantumkan tidak kurang dari 170
judul. Tapi, bukan sekadar jumlahnya saja, melainkan juga luasnya
bidang pengetahuan yang digelutinya yang amat mengagumkan. Karya-karya
tulis ilmiahnya nyaris seperti sebuah ensiklopedia pengetahuan ilmiah
di zamannya. Aristoteles menulis soal astronomi, ilmu hewan,
embriologi, ilmu bumi, ilmu batuan, fisika, anatomi, fisiologi, dan
hampir semua bidang pengetahuan yang dikenal orang Yunani Kuno.
Sebagian karya-karya ilmiahnya merupakan kompilasi pengetahuan yang
sebelumnya diperoleh ilmuwan lain, sebagian merupakan hasil temuan para
asisten yang dipekerjakannya, dan sebagian lagi merupakan hasil dari
sekian banyak pengamatan yang dilakukannya.”
Begitulah
Aristoteles. Yang jelas, dunia Arab berjasa dalam menyelamatkan
karya-karyanya ketika dunia Eropa justru tak merawatnya. Banyak ilmuwan
dan intelektual muslim zaman silam mempelajari, mengkaji, dan menelaah
ataupun memberikan komentar dan kritik terhadap karya-karya
Aristoteles. Ada yang mengatakan bahwa Aristoteles adalah “jembatan
yang menghubungkan dunia Arab dengan Yunani”. Wallahu a’lam.
Catatan:
Buku Michael Hart yang digunakan untuk referensi di atas menggunakan
buku 100 A Ranking of The Most Influential Persons in History (Revised
and Update), terbitan Citadel Press, Kensington Publishing Corp, tahun
1992. Edisi terjemahan diterbitkan Penerbit Hikmah (PT Mizan Publika),
Jakarta, cetakan I 2009. Dengan judul 100 Orang Paling Berpengaruh di
Dunia Sepanjang Sejarah.
Michael Hart dalam mendaftar 100 orang yang
paling berpengaruh di dunia terus melakukan revisi-revisi. Hal ini
disebabkan perkembangan zaman dan akan tetap ada orang-orang
berpengaruh yang muncul kemudian. Nabi Muhammad SAW tetap berada di
urutan pertama, tanpa tergeser.
Sumber:www.kabarindonesia.com
Aristoteles dalam Sepenggal Karyanya
By -
November 25, 2010
0
Ferry Arbania , Sahabat Indonesia