Perguruan Tinggi Idaman

FERRY ARBANIA
By -
4



Antara Realitas dan Fakultas Tanpa Identitas

Oleh: Ferry Arbania


Dewasa ini, banyak orang-orang desa, baik yang masih lajang atau yang sudah punya istri, terutama yang berkutat di dunia pendidikan Islam (baca:guru madrasah) yang getol melanjutkan pendidikan mereka ke strata yang lebih tinggi.

Kesadaran itu muncul, seiring dengan makin banyaknya pemuda desa yang memiliki kesadaran atau bahkan yang disadarkan oleh lingkungan dan seniornya.Belum lagi masalah sertifikasi dan syarat mengajar minimal S1 bagi guru Madrasah Aliyah atau yang sederajat. Bahkan tidak sedikit, diam-diam banyak guru swasta yang antusias mengikuti persamaan atau paket c di kampung mereka.

Hal tersebut wajar saja, karena disebagian desa, masih banyak guru lulusan Madrasah Tsanawiyah yang malah ngajar MTS . Lantas bagaimana dengan kualitas SDM tenaga pengajar yang hanya tamatan SLTP atau SLTA yang sama persis mengajar di jenjang pendidikan yang juga sama?

Fenomena kian meningkatnya animo warga desa melanjutkan pendidikannya itu, sangat menggembirakan seklaigus memprihatinkan. Betapa tidak, demi mencapai gelar sarjana, kadang mereka tidak mau repot-repot kuliah di perguruan tinggi paralel atau permanen. Bagi sebagian mereka targetnya adalah segera wisuda dan dapat ijazah S-1 dan segera mengajar di sebuah lembaga, dengan harapan mendapatkan legitimasi dari lingkungan, murid, kepala sekolah dan tentu saja teman seprofesi di lembaga pendidikan ia menambatkan harapan dan dedikasinya yang cenderung pas-pasan.
(bersambung....)

Post a Comment

4Comments

Ferry Arbania , Sahabat Indonesia

  1. Mahasiswa Unija Demo Tuntut Penundaan Pemilu Raya

    Sumenep - Puluhan mahasiswa universitas wiraraja (Unija) Sumenep, Madura, Jawa Timur, yang tergabung dalam aliansi mahasiswa pecinta demokrasi kampus (AMPDK), Senin, demo menuntut penundaan pelaksanaan pemilu raya mahasiswa.

    Mereka menilai, proses pembentukan anggota Komisi Pemilu Raya Mahasiswa (KPRM) Unija cacat hukum, dan selanjutnya tidak bisa menggelar pemilu raya mahasiswa.

    "Kami minta pemilu raya mahasiswa yang dilaksanakan KPRM pada Senin ini ditunda. Proses pembentukan KPRM itu cacat hukum, sehingga nantinya produk yang dihasilkan anggota KPRM juga cacat hukum," kata orator aksi, Buhara.

    Aktivis AMPDK juga menyayangkan sikap Rektor Unija, Ida Ekawati, yang tidak membatalkan surat keputusan pembentukan anggota KPRM.

    "Kami akan memboikot pelaksanaan pemilu raya kampus yang dilaksanakan anggota KPRM pada Senin ini," ucap aktivis AMPDK lainnya, Eko.

    Sebelumnya, pada 15 Maret 2010, puluhan mahasiswa Unija juga menggelar aksi serupa, dan sempat "menyegel" sekretariat KPRM yang pembentukan anggotanya dinilai cacat hukum.

    Salah satu alasan yang diungkapkan mahasiswa tersebut, terkait cacat hukumnya proses pembentukan anggota KPRM adalah sebagian anggota KPRM masih tercatat sebagai pengurus organisasi intrakampus.

    Padahal, anggota KPRM tidak boleh tercatat sebagai pengurus organisasi intrakampus, guna menjaga netralitas anggota KPRM selama menjalankan tugasnya.
    COPYRIGHT © 2009 ANTARAJATIM
    PubDate: 26/Apr/2010 15:28

    ReplyDelete
  2. Belum diuraikan ya.. seperti apa sih perguruan tinggi idaman itu?

    ReplyDelete
  3. Sayang biaya kuliah sekarang makin mahal ya!

    ReplyDelete
  4. Tongkonan@ ya nih belum sempat diuraikan.....
    feri@ mahal banget.........nih..........

    ReplyDelete
Post a Comment