Ferry Arbania
NYANYIAN KUDUS DAN PELACUR KOTA
(kemesraan sajak bersama wiwin kurniasih dalam puisinya “menunggu pagi”)
pelacur-pelacur jalanan itu adalah sempalan bunga yang tertusuk ilalang
Dihatinya masih ada wewangian kudus yang menyeberbak. Melantunkan syair dajjal dan berhala.
pelacur-pelacur jalanan itu
adalah puisiku yang mabuk dalam syari patah hati
mengembalakan tangis dan rinduku yang memabatu,... hingga malam... berhadiah bulan, kutemukan mabuk dalam lumatan birahi.
pelacur-pelacur itu mendaki jalan setapak
menyingkap kain putih cinta
memelorotkan celana kesayangan dengan perih
bahkan dibibirnya yang memerah, dia mendekatiku, meciumiku dengan selembar tanya "Apakah engkau ingin kupuaskan..??
pelacur-pelacur jalanan itu adalah segerombol tangis
yang disudahi dengan kenyal kesal dan dendam
sebab tak ada lagi yang hendak dibanggakan,
meski hati meratap dalam nyanyian sorgawi
menganyam air mata
tatkala pejantan membacok selangkangannya yang patah jadi sia-sia
pelacur-pelacur itu tak hendak menelanjangi keagungan Tuhan
mereka hanya ingin menangis disetiap dada lelaki,
karena sang pemuja cinta telah melahirkan pelacur-pelacur kota.
pelacur-pelacur jalanan itu adalah titian api
darah mereka membara
jiwa mereka terpanggang dalam syahwat yang dijinakkan,
dan pelacur-pelacur jalanan itu
telah menggubah syair berhala menjadi nyanyian kudus talbiyah
bernyanyi dalam syahadat cinta yang agung
pun ketika dadanya ditelanjangi maut,pelacur-pelacur itu meregang, meraung dan merintih-rintih dalam nikmatnya pengharapan.
29 April 2010: 14 : 36
Post a Comment
0Comments
3/related/default
Ferry Arbania , Sahabat Indonesia