AROMA TERAKHIR

FERRY ARBANIA
By -
0
by: Ferry Arbania
Ketika maut menampakkan rautnya
Kau Tak kan lagi bisa kompromi

Hutan mengerang dalam kepungan do’a
Hujan merintih-rintih dalam kalimat sunyi
Tinggal kebekuan nasib yang mengalir
Menyatu dalam derai tangis kepalsuan
Sebab maut telah benar-benar bangkit
Merindukan gosokan tulang dari kulit yang mulai berlepasan

Angin mengerang kesakitan
Menyeret aroma pekuburan
Semerbak kamboja membelai lorong napas waktu
Irama kelam,mayat-mayat keabadian mengantarkan salam
“selamat datang dinegeri sunyi kawan,
tinggalkan molek istrimu yang gemar mngecupmu di ranjang bulan”

kami telah lama kesepian
tak ada aroma parfum
rumah kami becek penuh belitung
bantal kami kusut oleh debu-debu kumal
tulang-tulang pun penat dan berjatuhan
sementara kau tak lagi hiraukan jeritan tangis kami

nikmatilah indahnya kesendirian
satu persatu maut pasti datang memelukku mesra
mengajakmu berdansa
menggiring ngeri dengan rangkulan penuh arti
hingga kau benar-benar merasa tuntas
dari gerak hidup yang singkat

(Jombang disebuah kereta malam, 2009)

Post a Comment

0Comments

Ferry Arbania , Sahabat Indonesia

Post a Comment (0)