|Puisi: Ferry Arbania|
25 Tahun menunggu kelahiran puisi
Lelaki menyebalkan di tanah madura
Petualang yang menghabiskan kekang
Dari ratusan juta hingga piutang
25 tahun menjelajah ombak
Dari warna rambut hingga gemulai rumput
Sawah ladang kebencian
Merumput jadi satu hektar janji manis
Ku bajak ulang ladang sajakku
Remuk redam bagai amuk cemburu
Meski ku tahu kecantikanmu abu-abu
Namun hatiku tak mampu berpaling dari rindu
Dan ketika Komputer jadi nyamuk bakar
Zaman mengusir dengung binatang, diksiku
Hinggapun aku sadar, dzikir embun bergetar
Tersungkur dibawah menara ka’bah-Mu
Masjidil Haram
Tiga ratus lima puluh tujuh ribu meter persegi
Diantara semerbak Shafa dan Marwah
Bukit cinta yang memanggil-Mu, dalam nafas doaku.
[Bumi Allah, 14 Juli 2025]