Diperiksa Panwaslu, Rhoma Menangis

FERRY ARBANIA
By -

JAKARTA – Setelah mangkir pada Jumat pekan lalu (3/8), pedangdut Rhoma Irama kemarin (6/8) akhirnya memenuhi panggilan Panitia Pengawas Pemilu DKI Jakarta. Rhoma yang datang dengan diantar puluhan pendukungnya memasuki ruangan pemeriksaan sambil berlinang air mata.
Pentolan Soneta Grup ini diperiksa selama sekitar satu jam karena diduga menyebarkan isu yang menyinggung masalah suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA) dalam ceramah usai salat tarawih di Masjid Al-Isra, Tanjung Duren, Jakarta Barat
. Ceramah tersebut dilaporkan ke Panwaslu karena dinilai menyudutkan pasangan calon Joko Widodo-Basuki Tjahaha Purnama. “Saya diundang ke sini dalam rangka klarifikasi tentang ceramah saya di Masjid Al-Isra,” kata Rhoma sambil menyeka air mata.
Dalam ceramah tersebut, Raja Dangdut mengutip Alquran An-Nisa Ayat 144 yang ditafsirkannya sebagai larangan kepada umat Islam untuk memilih pemimpin yang berbeda agama. Dalam Pilkada DKI Jakarta, calon wakil gubernur Basuki Tjahaya Purnama merupakan satu-satunya calon yang beragama Nasrani dan berasal dari etnis Tionghoa.
“Allah berfirman dengan tegas bahwa orang beriman dilarang memilih orang kafir sebagai pemimpin dengan sanksi kalau ada orang Islam memilih nonmuslim, menjadi pemimpin menjadi musuh Allah,” kata Bang Haji, panggilan akrabnya, disambut pekikan takbir puluhan pendukungnya.
Meski mengakui materi ceramahnya, Rhoma menilai dirinya tidak sedang berkampanye mendukung calon tertentu, karena ceramah tersebut disampaikan dalam sebuah pengajian di masjid. Sementara masjid dilarang menjadi tempat kampanye. Karena itu, dia menilai tidak salah jika dirinya menyampaikan ayat Alquran kepada jamaahnya. “Ini dibenarkan sejauh itu ada teks dari Alquran. Saya berbicara itu bukan kampanye, tapi sebagai mubalig. Seorang ulama wajib menyampaikan pesan dari Alquran. Apalagi, saya di sana tidak melakukan kampanye uang,” tegasnya.
Karena merasa tidak melakukan kampanye hitam terhadap Joko Widodo (Jokowi)-Basuki Tjahaya Purnama (Ahok), Rhoma bersikukuh tak mau minta maaf. “Untuk apa saya meminta maaf. Saya tidak merasa bersalah, karena saya tidak menjelek-jelekkan Jokowi-Ahok,” tegasnya. “Kan saya tidak pernah mengatakan Jokowi dari Jawa agama Islam, atau Ahok dari suku China dan agamanya Kristen,” lanjutnya.
Meski dirinya menjadi salah satu juru kampanye bagi pasangan Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli di putaran pertama Pilkada, Rhoma membantah dirinya bermusuhan dengan Jokowi-Ahok. “Saya sangat menghormati keduanya dalam konteks berbangsa dan bernegara. Tetapi, dalam konteks memilih pemimpin, saya harus menyampaikan perintah Allah,” katanya.
Meski demikian, Rhoma berharap ceramahnya tidak menimbulkan benturan antara kaum muslim dan nonmuslim. “Saya mohon pengertian umat nonmuslim.” Jangan sampai terjadi benturan di antara keduanya,” katanya. Rhoma sendiri tidak bersedia menjelaskan mengapa dia menangis ketika diperiksa Panwaslu. Namun, Vicky Irama, salah satu anaknya, mengaku Bang Haji menangis karena terharu dengan sambutan yang diberikan pendukungnya ketika memasuki gedung Panwaslu di Jalan Suryopranoto, Jakarta Pusat. “Bokap menangis bukan karena terpojok, tapi terharu melihat teman-teman yang peduli nama Islam,” kelitnya.
Ketua Panwaslu DKI Jakarta Ramdansyah mengaku, pihaknya mengajukan 38 pertanyaan pada Rhoma terkait ceramahnya. Selain meminta keterangan Rhoma, Panwaslu juga meminta keterangan pengurus masjid Al-Isra dan pelapor, yakni Tim Kampanye Jokowi-Ahok.
Hari ini, Panwaslu akan memanggil tim kampanye Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli untuk menjelaskan posisi Rhoma Irama dalam tim kampanye Foke-Nara. “Sampai Selasa pekan depan, kami akan mendalami unsur why (mengapa, red) dan how (bagaimana, red), sehingga bisa jelas duduk persoalannya,” pungkas Ramdansyah. (dim/dai)


Sumber:http://radarcirebon.com