10 Cara Bijak Menghadapi Perceraian

FERRY ARBANIA
By -
|Ferry Arbania|Perceraian, bagi kebanyakan orang, bukan menjadi pilihan mengatasi masalah hubungan. Namun tak sedikit juga pasangan yang akhirnya memilih bercerai. Jika Anda mengalami hal serupa, lakukan 10 cara berikut agar perceraian tak berakhir bencana. Setidaknya, Anda masih bisa memelihara hubungan baik dengan mantan pasangan, apalagi dengan pertimbangan pengasuhan anak yang masih membutuhkan kasih sayang dan perhatian kedua orangtuanya. 

1. Berikan waktu untuk diri sendiri
Bagaimanapun perceraian memengaruhi psikis Anda. Reaksi Anda terhadap sesuatu akan berubah, kebutuhan dan minat Anda juga akan mengalami pergeseran. Untuk itu, Anda membutuhkan waktu untuk diri sendiri menata diri. Bangun aturan dan batasan yang  jelas dengan mantan pasangan, terutama untuk menciptakan pola pengasuhan pada anak-anak. Biarkan persahabatan berjalan alami paskaperceraian.

2. Cermat memilih mediator dan pengacara
Perceraian memakan biaya untuk membayar jasa pengacara. Namun, Anda bisa menghemat biaya dengan hanya membayar jasa mediator jika komunikasi dengan mantan pasangan berjalan baik. Artinya perceraian memang menjadi keputusan bersama yang diterima baik oleh keduanya. Namun pada kondisi hubungan yang buruk, bahkan terjadi konflik, pengacara menjadi mediator yang paling tepat, meski Anda harus mengeluarkan uang lebih untuk ini.

3. Tuliskan perencanaan pengasuhan anak dan bicarakan secara langsung
Fokuslah pada apa yang terbaik bagi anak saat merancang dan menuliskan pola pengasuhan paskaperceraian. Bayangkan perasaan anak Anda saat membaca rencana pengasuhan yang dituliskan dengan jelas tersebut. Jika anak sudah cukup besar, bicarakan bersama mereka. Katakan bahwa Anda dan mantan pasangan akan bekerja sebagai tim dalam mengasuh mereka. Kepentingan anak perlu menjadi fokus utama di atas segala kepentingan Anda dan mantan pasangan.

4. Percaya boleh saja, tapi selalu lakukan verifikasi
Kesepakatan yang sudah diterima kedua belah pihak perlu dituliskan. Kesepakatan mengenai pengasuhan anak, misalnya. Pastikan semua persetujuan yang dibuat tertulis dengan jelas. Di sinilah pentingnya mengapa perceraian perlu didampingi pengacara yang berperan sebagai mediator. Isu seperti uang dan pengasuhan anak memerlukan kesepakatan tertulis.

5. Bersiap menghadapi perubahan
Kegagalan menjalani kesepakatan paskaperceraian kadang tak bisa dihindarkan. Friksi masih saja akan tetap ada di antara Anda dan mantan suami, terutama menyangkut pengasuhan anak. Bersiaplah dengan kondisi yang akan berubah nantinya. Setidaknya buatlah rencana untuk meminimalisasi kegagalan, yakni dengan menuliskan dengan detail mengenai kesepakatan yang Anda buat bersama mantan pasangan. Pastikan semua pihak memahaminya dengan jelas.

6. Bersikaplah kooperatif
Ketika salah satu pihak melanggar kesepakatan, cobalah untuk memahami kondisinya. Cari tahu dan temukan solusi bersama mengapa kesepakatan ini dilanggar. Terutama yang berkaitan dengan pengasuhan anak. Pastikan, kepentingan anak di atas segalanya.

7. Hindari pola hubungan yang lama
Bagian dari pemulihan paskaperceraian adalah Anda tak lagi bertanggungjawab atas mantan pasangan, keluarganya, atau apapun yang terkait dengannya secara pribadi. Begitu pun dengan dia terhadap Anda. Anda harus melepaskan diri darinya, termasuk tidak menggunakan pola hubungan lama, artinya jangan meminta dukungan dari mantan pasangan untuk masalah pribadi Anda.

8. Biarkan hubungan bertransformasi
Anda akan merasakan kesepian dan kehilangan, bahkan terpuruk usai perceraian. Namun ini hanya berlangsung sementara, dan pada waktunya hubungan Anda akan lebih sehat lagi. Setidaknya Anda dan mantan pasangan bisa menjadi teman baik terutama dalam hal merawat anak. Biarkan hubungan mengalir alami dan bertransformasi menjadi lebih sehat paskaperceraian.

9. Luangkan waktu bersama sebagai keluarga
Saat hubungan atau perasaan Anda sudah sehat paskaperceraian, luangkan waktu berkumpul sebagai keluarga. Pergi makan malam bersama anak dan mantan pasangan sah saja dilakukan. Tujuannya menunjukkan kepada anak Anda bahwa orangtuanya masih peduli. Sebagai keluarga, Anda tetap bisa berkumpul bersama.

10. Jangan hadirkan orang baru
Saat berkumpul bersama anak dan mantan pasangan, pastikan tidak ada orang lain atau sosok baru dalam hubungan Anda maupun suami. Meski anak sudah remaja, mereka akan bingung dengan kehadiran orang baru ini. Pastikan fokus pada keutuhan keluarga tanpa ada orang asing di dalamnya.


Sumber: psychologytoday