Wartawan: Antara Profesi Jibril Dan Pencari Kesalahan

FERRY ARBANIA
By -
0

Ferry Arbania
by: Ferry Arbania

Menekuni profesi wartawan/jurnalistik memang tidak selamanya se-mengagumkan apa yang disangkakan banyak orang. Tak jarang profesi wartawan malah menjadi buah simalakama yang menggiurkan sekaligus mengerikan.

Menggiurkan, karena didalam menjalani profesi "Pemburu" berita ini sarat dengan tantangan dan rintangan yang tidak mudah dilewati begitu saja. Mulai dari mempersiapkan materi wawancara, sampai pada kendala mencari 'akal' agar nara sumber yang diburu tidak kabur alias pergi. Kenapa memang? karena tidak jarang_ini melihat kondisi geografis_dimana di Kabupaten Sumenep ini jumlah wartawan sudah diatas 100 orang dengan media yang berbeda.

Satu sisi banyaknya jumlah wartawan di Sumenep jelas menuntungkan terciptanya iklim demokratis. Tetapi disisi lain, banyaknya wartawan, justru melahirkan kesan lain di beberapa pihak. Terutama dikalangan masyarakat. Banyaknya wartawan ini rupanya telah membuka pintu prilaku 'aneh' diantara insan pers yang diduga tidak memiliki media yang jelas alias media tanpa berita. Sering bahkan saya menjumpai keluhan kepala desa.Kalau dihitung seberapa seringnya, mungkin hampir sama dengan keluhan beberapa wartawan dan sejumlah LSM yang sering mengeluh karena banyak kepala desa yang ketahuan tidak ada di rumah. Kenapa  kepentingan konfirmasi dilakukan di rumah para kepala desa? Kenapa tidak di Balai Dea? Jawabannya sederhana, karena pantauan jurnalis kita, ternyata banyak kepala Desa yang memang tidak pernah memanfaatkan Balai Desa yang dibangun ditiap-tiap desa.

Problematika ini, membuat saya sangat capik sekaligus senang. Loh kok senang? karena saya menganggap semua ini sebagai lelucon yang harus di abadikan dalam bentuk berita.Tentu saja lewat tulisan saya yang sangat sederhana.

Terus yang kedua, Mengerikan: Saya bilang mengerikan, karena hampir setiap kita 'menyamar' dan berbincang2 tentang kehidupan wartawan di Sumenep,justru banyak orang menilai, wartawan hanya mencari-cari kesalahan orang lain. Diam-diam saya jawab dengan lembut." Kalau menurut saya, wartawan itu mencoba menjadi jibril si penyampai wahyu. Jadi kalau Pejabat publik atau siapapun yang memilik kekuasaan sekecil apapun itu amanah, tidak korup, maka saya yakin wartawan tidak akan mencari kealahan orang lain. Mari kita salahkan orang -orang yang dengan sengaja menyalah gunakan kekuasaannya". Dijawab seperti itu, ternyata banyak orang menganggukkan kepala tanda setuju.
Bagaimana menurut Anda sendiri..????

Post a Comment

0Comments

Ferry Arbania , Sahabat Indonesia

Post a Comment (0)