Cinta telah tumbuh diakar hati yang memar Derai gerimis mengantarkan api pada sebuah keterasingan ...Ketika tak seorangpung menemukan kesendirianku Tinggal wajah ku yang llapuk dimangu resah
Akankah kau hadir menyampaikan salam rindu untukkuKekasih, seberapa jauh ketakutan itu muncul Ketika ruang dan waktu menepis pertemuan cinta
Aku kan kembali pada resahku Lantaran kutahu kau tak lagi sendiri Tapi hari ini aku tak ingin jadi pecundang Dari kamar-kamrar kecil yang menghidupkan pengharpan
Disinilah aku membedah jendela waktu Melihatmu terhuyung-huyung melawan angin Lalu lari terbirit mengejar pukauYang nyalang bersam pecahan kabut diwajahmu
Tersenyumlah kekasih, meski sebatas mimpi Ku tak ingin kau tenggelam dan larut dalam mabukku Biarlah kusimpan sendirii tarian ilusi Sambil mengekalkan sejarah yang telah menfosil di sela degup jantungmu Sebab kemarau telah merontokkan aksara hidup kita Dan malam datang menganyam daun mimpi yang kita sakralkan.
Ferry Arbania , Sahabat Indonesia