No title

FERRY ARBANIA
By -
0
Sutera



Sutera ditemukan pada 2640 B.C (sebelum tahun masehi) di China. Bahan dasarnya adalah kepompong. Secara lengkap, asal usul dan proses pemeliharaan dan pembuatan sutera adalah sebagai berikut :



Satu sore Permaisuri His Ling Shih dari kerajaan China asik menikmati secangkir the panas dibawah keteduhan pohon mulberry. Putri yang hidup 2640 sebelum masehi ini dikejutkan dengan jatuhnya kepompong ulat sutera ke dalam cangkir teh.

Beberapa detik kemudian kekagetannya berubah menjadi kekaguman melihat kehalusan serat yang terurai dari kepompong tersebut. Permaisuripun meminta para dayang mengumpulkan lebih banyak kepompong yang kemudian diternakkan dan ditenun secara rahasia di balik tembok istana hingga 3000 tahun berikutnya.



Walaupun hukuman mati dikenakan pada mereka yang membawa telur ulat sutera keluar China, pada abad enam Masehi dua orang biksu berhasil menyelundupkan bibit pohon mulberry beserta telur ulat sutera. Tak pelak beberapa negara lain mulai memproduksi dan memperjualbelikan kain sutera. Antara lain India, Jepang dan Perancis.



Mengingat sejarahnya, setiap kali bicara soal sutera kita pasti teringat pada negeri China. Tak heran jika dikalangan komunitas mode Paris, bahkan dunia, sutera dikenal dengan sebutan Crepe de Chine, Crepe dari Cina.



Kini sutera dapat diproduksi di seluruh dunia. Hanya saja kualitas suteranya berbeda – beda tergantung jenis ulat yang memproduksi kepompong. Ulat sutera yang diternakkan (Cultivated) di sericulture (peternakan ulat sutera) diberi makan daun mulberry yang dipercaya membantu pembentukan liur ulat yang bening. Dengan begitu kepompongnya menghasilkan serat yang sangat tipis dan mengkilat.



Dari sebuah kepompong dapat dihasilkan serat sutera yang panjangnya mencapai ribuan meter. Warna asli serat sutera pun beragam, seperti putih, cream, kuning dan kecoklatan. Cultivated silk menghasilkan kain sutera yang halus dan mengkilat permukaannya seperti brocade, chiffon, habutae, tafetta dan organdi.



Jenis ulat lain adalah ulat sutera liar atau tussah yang hidup di hutan. Karena ulat jenis ini memakan daun pohon oak dan daun – daun liar yang terdapat dihutan, serat yang dihasilkan kepompong ini tidak sehalus dan semengkilat cultivated silk. Warnanya pun cenderung kecoklatan. Kain sutera yang dihasilkan tussah silk pun memiliki tekstur yang sedikit kasar dan berserat (slubby), seperti shantung dan Dupont.



Dalam 4 – 6 hari ulat sutera (Bombyxmori) dapat bertelur lebih dari 500 telur lalu mati. Berat 100 telur hanya 1 gram. Satu ons telur berasal dari sekitar 30.000 ulat sutera yang mengkonsumsi 1 ton daun mulberry dan menghasilkan sekitar 6 kg serat sutera. Karena produksi tussah tidak dapat diprediksi, kebanyakan produser sutera masih mengandalkan cultivated silk.



Dua hal yang harus diperhatikan untuk mendapatkan sutera berkualitas, yaitu mencegah penetasan larva dan menjaga ketersediaan jumlah daun mulberry yang dikonsumsi ulat sutera. Sebagai gambaran dibawah ini diceritakan secara singkat proses produksi serat sutera :



1. Telur disimpan pada suhu 65 0F dan secara berangsur dinaikkan sampai 77 0F. Setelah menetas, ulat diberi irisan daun mulberry segar setiap setengah jam dengan tetap menjaga temperaturnya. Ribuan ulat sutera ini diletakkan saling menumpuk dalam satu tempat. Dalam waktu satu bulan berat mereka akan berlipat 10.000 kali. Mereka juga berganti kulit dan warna.

2. bayi – bai ulat terus diberi makan hingga mereka siap menjadi kepompong. Selama masa pertumbuhan mereka harus dijauhkan dari suara bising, bau yang mnyengat seperti ikan dan bahkan bau keringat. Saat memiliki kepompong, ulat sutera mengeluarkan liur seperti jelly yang membuat serat – serat sutera menempel satu sama lain. Ulat sutera menghabiskan waktu 3 – 4 hari untuk menggulung diri sampai berbentuk bola putih.

3. setelah 8 – 9 hari berada ditempat yang hangat, kepompong di kukus atau di panggang agar ulatnya mati. Lalu kepompong dicelupkan ke dalam air panas guna memisahkan serat – serat yang menyatu. Selanjutnya serat dipintal menjadi benang yang siap diproses menjadi benang tenun atau sulam.



Sutera dengan segala kehalusannya membutuhkan cara perawatan khusus untuk menjaga keawetan kain atau busana.

Dibawah ini ada beberapa tips bagaimana seharusnya kita merawat sutera :

1. Segera cuci sutera yang terkena keringat, sebab bila dibiarkan, asam dan garam dalam keringat akan membuat sutera menjadi kuning.

2. hindari menjemur sutera dibawah sinar matahari langsung. Cukup diangin – anginkan ditempat teduh untuk mengeringkannya sehabis dicuci

3. sutera hanya bisa dicuci dengan tangan. Jangan menggunakan mesin cuci karena akan merusak kehalusan seratnya.

4. gunakan jasa dry cleaner bila anda tidak mempunyai waktu untuk mencuci. Perchlorothelyne yang digunakan pada proses dry cleaning cukup aman bagi sutera

5. balik busana saat menyeterika sutera. Gunakan temperatur rendah. Bila perlu alasi bagian yang diseterika dengan kain lain.



Sutera banyak disukai karena jenis bahannya yang lembut hingga diidentikkan dengan wanita dan cinta.



Ciri dan karakteristik Sutera antara lain adalah :

Ø Sangat lembut dikulit, glamours dan bahannya jatuh (flowing)

Ø Menyerap keringat

Ø Untuk perawatan, baju harus di dry cleaning supaya kualitas warna dan kekuatan bahan bertahan lama

Ø Sangat rentan terhadap ngengat

Ø Dalam proses pencucian tidak menggunakan kaporit



Bahan sutera sangat cocok untuk busana – busana party dress, scraft ataupun blouse. Sutera masih terbilang bahan yang mahal dan tidak mudah diperoleh, terutama kain atau benang sutera berkualitas tinggi. Produksi sutera Indonesia tidak signifikan jumlahnya, dan masih dikembangkan atau diproduksi secara terbatas. Sebagian desainer perlu membuat home industries sendiri untuk mengolah sutera ini. Sutera terbaik dihasilkan oleh China yang juga merupakan penemu pertama bahan ini. China juga merupakan penghasil sutera terbesar di Dunia, dan sebagian kecil Japan dan Thailand.

Post a Comment

0Comments

Ferry Arbania , Sahabat Indonesia

Post a Comment (0)