Tanah Zdikir

FERRY ARBANIA
By -
0
by. Ferry Arbania

Denyut nafas zdikir
Aroma padang pasir
Kilau sejarah
berbunga-bunga rindu
Laksana genderang perang uhud yang akbar
Engkau datang disetiap tarikan napas waktu
Meski jauh sudah kurantau kisah-kasih para kekasih-Mu
Tapi perang ini,ya perang ini,
yang ,berkobar-kobar, dan tak juga terjinakkan lidah apinya

Laut darah ,samudera kasih,
tempat Musa menjinakkan ular-ular kecil fir’un,
proklamasi merdeka-ke -sebuah negeri –di hati.

Hati-hati Paduka,
negeri mu penuh duri dan belati.
Bersebab-musabab,bahkan berjilid-jilid kepedihan langit
Bumi terkesiap manja,
bulan dan telunjuk angin yang terselip di selankangan musim
telah mengantarkan badai hitam,
ruang gemuruhnya mengendap dalam benak zaman:
”aku butuh udara segar”:udara yang bisa menyegarkan,segar.segar,
dan Kau adalah pusaka bagi semesta napas ku
---tapi peperangan ini; masih menyengit,
bahkan separuh paru-paru,pura-pura kudiamkan juga;sebab Kau masih pusakaku,
pusaka kami,dalam selimut hati yang paling ini,,,:
tanpa carok,bukan keok,seok kering jelajah otak kami,dalam darah bumi,
diatas tubuh yang ditumbuhi rerimbun persetubuhan kelamin dan sungai-sungai basah
yang sama sekali belum pernah mengalir,hilir butir pasir,padang lagu,kisah pasir,sisir hujan pada rambut usia yang telah memutih,

Setumpuk kutu busuk setengah hitam,akh sebel.
Liang daging mentah yang takkan masak—dan memang mustahil,
sangat
tidak untuk dimasak,apalagi masak,masak di masak,eman-eman,”mendingan ,kalau jadi daging besar,tenaganya bisa di peuntukkan perang,apalagi peperangan in—Ini----
telah,
bahkan masih dan sudah sangat perang .
tolol,
letus-letus di usus:purnama menepi keatap langit-langit kamar ku,tadi malam,malam ini dalam kastol tembaga,tempat perawan menanak harapan.
Duh Gusti Rosul,tancapkanlah pusakamu di ulu hati
ini

Post a Comment

0Comments

Ferry Arbania , Sahabat Indonesia

Post a Comment (0)