by. Ferry Arbania
kelopak mawar itu
telah jatuh satu-satu.
Dan tangkainya telah meretak di dahan kemarau.
Padahal langit masih memutih,
dan akar pohon itu, m
asih tegar menantang usia.
menciumi dahan-dahan sepi
lantas siapakah hati
yang rela mereguk sepi,
saat purnama menggantung dilangit Jakarta
langitku juga.
(Antologi Mushaf Mawar )
Post a Comment
0Comments
3/related/default
Ferry Arbania , Sahabat Indonesia