Demokrasi Ataukah ini Sekedar Republik Revisi.??

FERRY ARBANIA
By -
0
by: Ferry Arbania Sumenep, Madura
"catatan tanpa revisi, bukan masturbasi kepongahan".


Disini saya menulis kata
seumpama Iblis yang tunduk pada Malaikat.
Merenungi ambisi yang meletup-letup,
sambil menengadahkan wajah,
memotret kisah Tuhan yang indah tanpa suara,
tanpa gambar, Tanpa imajenasi dan puisi.

Aku hanya ingin menyiapkan karikatur dosa dan kehinaanku yang melaut dan noktahnya mencumbui puting himalaya.

Disini hati saya menjerit, mejelma malaikat. Menikam cahaya tasbih, dengan cinta yang bergulir ari tangkai sorga. Para wartawan, segenap bupati dan Gubernur yang mengepal kekuasan, darahaku telah tumbuh di bumi Indonesia. Mengeringkan samudera jawa timur, kian berdarah-darah dalam akustik cinta. Tapi, dihalaman pendopo putih, yang diagungkan para punggawa dan pejabat itu, tak kutemukan eksotika Yusuf menggairahkan rakyatku, Zulaikha-Mu, yang disebut-sebut kaum politisi adalah kursi kehormatan.

Disini aku berbicara, saat kau pun berkata-kata. Sama-sama tak mau diam. Karena kalah adalah kecemasan berskal richter. melebihi pelukan gempa, memangkas bait-bait senyum darahku di Papua, Aceh dan Sumatera.

Disini aku menjadi jawa timur lagi, setelah kita beradu pandang dalam pedang kekuasaan. Melontarkan pilihan dalam tegang,"Apakah engkau jadi malaikat yang memandang Iblils sebagai hinaan.." (Semarang, 2009)

Post a Comment

0Comments

Ferry Arbania , Sahabat Indonesia

Post a Comment (0)