![]() |
ini motor bututku yang "ditolak" oknum karyawan Wash Car [dok.Ferry Arbania] |
Beberapa menit yang lalu, tepatnya sebelum jam 5 sore, saya merasakan betul bagaimana rasanya
diperlakukan berbeda hanya karena penampilan.
Sore itu, saya bersama keluarga, membawa motor butut
kesayangan kami, berniat mencucinya setelah hampir sebulan dikandangkan dirumah.
Kami tiba di salah satu tempat cuci motor dan mobil di daerah Ganding, berharap
motor kami bisa bersih kembali.
![]() |
ini motor bututku yang "ditolak" oknum karyawan Wash Car [dok.Ferry Arbania] |
Namun, harapan itu pupus. Seorang karyawan dengan sikap acuh
tak acuh menghampiri dan mengatakan, "Maaf, sudah tutup." Nadanya
datar, tanpa sedikit pun empati, seolah kami hanyalah gangguan.
Tidak ada tawaran untuk datang lagi besok, tidak ada senyum,
hanya penolakan dingin yang terasa menyepelekan.
Jujur saja, perasaan kecewa dan sedih itu campur aduk. Saya
membayangkan, bagaimana jika yang datang saat itu adalah seseorang dengan mobil
mewah? Apakah perlakuan yang sama akan mereka terima?
ini motor bututku yang "ditolak" oknum karyawan Wash Car [dok.Ferry Arbania]
Pikiran saya langsung melayang pada cerita-cerita fiktif di
media sosial tentang orang kaya yang menyamar menjadi orang miskin untuk
melihat perlakuan sesungguhnya. Ternyata, ada benarnya juga. Perlakuan yang
kurang manusiawi ini sungguh nyata.
Saya sangat prihatin dengan etos kerja dan pelayanan
karyawan di dua tempat cuci motor dan mobil di Ganding ini. Padahal, pelayanan
yang baik dan tatakrama adalah kunci utama dalam bisnis jasa.
Jika dibiarkan terus-menerus dengan sikap acuh tak acuh dan
membeda-bedakan pelanggan, bukan tidak mungkin usaha ini akan kehilangan
pelanggannya.
Semoga pemilik usaha segera mengevaluasi dan memberikan pelatihan yang layak kepada karyawannya.
Karena bagaimanapun, pelayanan yang
baik dan sikap ramah adalah modal utama yang tak ternilai harganya.
Salam kerendahan hati.
Ganding: Jum'at 11 Juli 2025
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Ferry Arbania , Sahabat Indonesia