Najib, seorang pengamat yang telah lama bergumul dengan dinamika media sejak era Orde Baru, mengisahkan bagaimana NU Online telah menapaki jalan transformasi, menjelma menjadi media arus utama.
Ini adalah buah dari kerja visioner para perintisnya sejak tahun 2003, yang dengan mata batin mereka yang jernih, telah melihat masa depan teknologi sebagai lahan subur bagi dakwah dan penyebaran kabar.
Ketika ia merajut kata dalam bukunya di tahun 2019, yang mengulas peran Nahdlatul Ulama dalam perdamaian dan demokrasi, ia menyaksikan betapa fundamentalnya peran NU Online.
Ia adalah kanal yang tak ternilai, mewartakan pesan-pesan agama yang berkarakter damai, penuh adab, menjadi wajah yang memesona dari NU di mata publik.
Tanpa kehadiran NU Online, Nahdlatul Ulama mungkin hanya akan berselimut prasangka di benak publik. Namun, NU Online telah mengemban amanah sebagai jembatan yang menghubungkan denyut nadi dinamika internal NU dengan denyut nadi masyarakat luas.
Setiap kabar yang mengalir dari NU Online adalah cerminan dinamika yang luar biasa, sebuah progresivitas yang tak kenal lelah, keberanian merangkul jalan-jalan baru, mengimplementasikan nilai-nilai luhur dalam balutan modernitas dan globalisasi.
Ia adalah kanal yang amat penting dalam mengabarkan semua itu ke hadapan khalayak.
Terkait dengan arus deras kemajuan teknologi, Najib menyoroti bagaimana dunia jurnalisme tak akan luput dari disrupsi.
Namun, NU Online, dalam pandangannya, telah menunjukkan keberanian seorang kesatria, sebuah institusi yang tak gentar membuka diri terhadap inovasi.
Kehadiran NU Online yang kian meluas, kian menebar manfaat, tak lain karena ia telah akrab dengan kanal-kanal teknologi terkini. Ia adalah wujud nyata dari keberanian sebuah institusi yang merangkul perkembangan, menyambut inovasi.
Kita, demikian tutur Najib, tak boleh menutup diri dari teknologi; justru harus merengkuhnya, menjadikan kecerdasan buatan (AI) sebagai mitra sejati, bukan musuh yang harus dihindari.
Najib, yang juga seorang sosiolog dari UGM, memandang teknologi AI dalam dunia jurnalisme sebagai alat bantu yang meringankan, laksana tangan yang cekatan dalam mengumpulkan data atau informasi awal.
Namun, ia dengan tegas mengingatkan bahwa peran utama, sentuhan akhir, tetaplah berada di tangan jurnalis.
AI hanyalah sarana, pengumpul kepingan informasi, namun ruh dan jiwa sebuah berita, keputusan akhir tentang kebenaran dan makna, ada pada jurnalis.
Dengan bertambahnya usia NU Online yang kini genap 22 tahun, harapan terlantun agar ia terus menghadirkan informasi yang aktual, dengan nalar kritis yang tajam, dan tak henti berinovasi seiring gelombang kemajuan teknologi.
NU Online, sebuah entitas yang tak pernah surut semangatnya, akan terus membuka diri untuk inovasi, terus-menerus mengembangkan dirinya sebagai kanal yang mewartakan kebenaran kepada publik dan seluruh penjuru dunia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Ferry Arbania , Sahabat Indonesia