Terimakasih Sudah Mengunjungi Blog Saya. Mohon Maaf Jika Ada Kesalahan, baik dalam penuisan maupun kutipan, dll. Saran dan Koreksi silahkan kirim ke email saya: ferry.arbania@gmail.com

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Kamis, Juli 10, 2025

Pesona Istri Diusia 40: Memantik Gairah, Menjelajah Indahnya Nafkah Batin

 [Ferry Arbania]

Ilustrasi/Ist


Lentera Kehidupan Batin Wanita Menjelang Usia 40: Sebuah Renungan dalam Bingkai Keluarga yang Harmonis. 

Adakalanya batin kita berbisik, bertanya tentang perjalanan hidup, utamanya ketika tirai usia menjelang 40 tahun mulai tersingkap. Benarkah pada usia ini, gundah gulana akan merayapi sanubari, atau justru sebaliknya, sebuah babak baru nan sarat kenikmatan justru terhampar? 


Barangkali, hanya hati seorang wanita yang dapat menyuarakan jawabannya dengan jernih, sejernih embun pagi yang membasahi dedaunan.



Namun, di tengah bisikan kalbu itu, ilmu pengetahuan tak henti menelisik, membuka tabir rahasia yang tersimpan dalam diri kaum hawa.


 Sebuah penelitian yang menggugah, terbit dari rahim Universitas Texas, menguak fakta yang mungkin mengejutkan: bahwa kehidupan batin, khususnya yang berkaitan dengan fitrah berpasangan, justru seringkali merekah indah pada usia ini. 


Bayangkanlah, wahai saudariku, sebuah taman yang semakin ranum dan memancarkan semerbak wangi, melebihi masa-masa mudanya!



Para peneliti, dengan segala kerendahan hati mereka, menyaksikan bahwa raga mungkin sedikit menua, namun nyala syahwat dan gairah justru tak meredup. 


Bahkan, ia bisa berkobar lebih dahsyat, ditemani fantasi-fantasi yang kian membumi, tak lagi hanya sekadar angan-angan belaka. Ini adalah bukti akan keagungan penciptaan Allah, yang senantiasa menempatkan hikmah di balik setiap fase kehidupan.



Mengapa demikian? Mungkin karena di usia menjelang 40, sebuah kesadaran spiritual kian menghujam dalam diri. Naluri untuk memiliki keturunan mulai menyusut, bahkan perlahan tertutup. 


Dengan kesadaran ini, kekhawatiran akan beban kehamilan pun sirna, membuka ruang yang lebih lapang bagi jiwa untuk menikmati karunia pernikahan tanpa beban yang memberatkan. 


Seperti seorang musafir yang telah tiba di persinggahan nyaman, melepas lelah tanpa harus memikirkan perjalanan panjang berikutnya.



Eksperimen sosial yang melibatkan 900 wanita itu membagi mereka menjadi tiga kelompok, bagaikan tiga fase bulan yang menerangi malam:

  • Fase Purnama (19-26 tahun): Masa kesuburan yang memuncak, memancarkan pesona muda belia.

  • Fase Separuh Terang (27-45 tahun): Ketika kesuburan mulai beranjak turun, namun justru di sinilah letak keunikan.

  • Fase Malam Gelap (masa menopause): Ketika rahim telah beristirahat dari tugasnya.


Dan sungguh mengherankan, wahai saudariku, justru pada kelompok kedua inilah ditemukan kobaran libido yang lebih menyala, disertai dengan semangat petualangan dalam ranah personal. Seolah-olah, alam semesta sedang memberikan isyarat, "Nikmatilah sisa-sisa kesempatan ini dengan sepenuh jiwa!


" Profesor David Buss, seorang pemikir dari University of Texas, merangkumnya dengan indah: "Perempuan dengan kesuburan yang menurun justru memiliki motivasi seksual yang lebih besar, dan perilaku seksual yang meningkat, daripada perempuan yang kesuburan mereka masih relatif tinggi."



Maka, hadirlah penelitian ini sebagai lentera penerang, agar kita dapat menyemai benih kebahagiaan dalam rumah tangga sebelum gerbang kesuburan benar-benar tertutup. Dr. Pam Spurr, seorang penelisik jiwa, menambahkan bahwa banyak wanita di usia akhir 30-an tampak lebih menikmati denyut kehidupannya. Ada yang menyadari sebabnya, ada pula yang belum. Namun, mereka yang tersadar umumnya lebih memahami irama kesuburan tubuhnya, dan tak ragu menyuarakan bisikan hatinya kepada sang pendamping hidup.



Dari segala penelusuran dan survei ini, terkuaklah sebuah hakikat: kekhawatiran yang kerap menghinggapi kaum wanita menjelang usia 40—seperti risau akan kerutan wajah atau usia yang tak lagi muda—sesungguhnya tak perlu merantai jiwa. 

Justru, pada usia ini, Allah telah menganugerahkan kelebihan-kelebihan istimewa, sebuah karunia yang mungkin tak dimiliki oleh wanita di masa-masa awal kesuburannya. Sebuah mutiara tersembunyi yang menunggu untuk digali dan disyukuri.




Mutiara Hikmah:

يَا مَعْشَرَ الشَّبَابِ مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمُ الْبَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ، فَإِنَّهُ أَغَضُّ لِلْبَصَرِ، وَأَحْصَنُ لِلْفَرْجِ، وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَعَلَيْهِ بِالصَّوْمِ فَإِنَّهُ لَهُ وجاءٌ Artinya, “Wahai para pemuda, siapa saja di antara kalian yang sudah mampu ba’at (menikah), maka menikahlah! Sebab, menikah itu lebih mampu menundukkan (menjaga) pandangan dan memelihara kemaluan. Namun, siapa saja yang tidak mampu, maka sebaiknya ia berpuasa. Sebab, puasa adalah penekan nafsu syahwat baginya,” (HR Muslim).  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ferry Arbania , Sahabat Indonesia

اَللّٰهُمَّ انْفَعْنِيْ بِمَا عَلَّمْتَنِيْ وَ عَلِّمْنِيْ مَا يَنْفَعُنِيْ وَ زِدْنِيْ عِلْمًا

Foto saya
Sumenep, Jawa Timur, Indonesia
JuRnAlIs yAnG SuKa NuLiS pUiSi

Jurnal Pesantren

Sahabat Indonesia

Ruang Diskusi