![]() |
Kemenag Sumenep Gelar FGD Deteksi Dini Konflik Sosial Keagamaan/Sumenepkab |
Ini adalah ajang pertemuan 100 insan—para Kepala KUA se-Kabupaten Sumenep, perwakilan organisasi masyarakat Islam, dan elemen kepemudaan—untuk bersua. Lebih dari sekadar berkumpul, mereka diajak menyelami makna kebersamaan dan urgensi merawat harmoni di tengah keberagaman. Bukankah setiap jengkal kehidupan adalah simfoni dialog?
Merajut Jaring Deteksi Dini
Dalam sambutannya, Kasubbag TU Muh. Rifa'i Hasyim, yang mewakili Kepala Kantor Kemenag Sumenep Abdul Wasid, menggarisbawahi vitalnya sistem deteksi dini. Ini bukan tentang pengawasan ketat, melainkan tentang membangun kepekaan kolektif, sebuah naluri untuk menangkap riak-riak kecil sebelum menjelma gelombang besar. Pencegahan, begitu intinya, adalah kunci utama.
"Kebersamaan yang telah lama terjaga di Sumenep adalah modal besar," ujarnya, seolah menunjuk pada fondasi kokoh yang telah lama menopang daerah ini. FGD ini, pada hakikatnya, adalah upaya memperkuat simpul-simpul itu, menciptakan ruang dialog yang cair, tempat kesalahpahaman menguap menjadi pemahaman.
Menjaga Bara Toleransi
Para peserta, tak hanya menyimak, turut aktif menjelajahi. Mereka membedah potensi konflik, merumuskan langkah pencegahan, dan membahas peran krusial generasi muda. Generasi penerus ini, bukan sekadar pewaris, melainkan penentu arah peradaban, pembawa estafet toleransi.
FGD ini, jelasnya, adalah bagian tak terpisahkan dari program strategis Kementerian Agama dalam memperkuat Moderasi Beragama. Ini adalah respons atas keberagaman yang dinamis, sebuah realitas yang tak bisa dihindari, melainkan harus dirangkul dengan arif.
Komitmen Bersama untuk Sumenep Damai
Di penghujung diskusi, harapan besar membuncah. "Dengan digelarnya FGD ini, diharapkan lahir komitmen bersama dalam membangun deteksi dini berbasis kolaboratif serta memperkuat jejaring komunikasi lintas sektoral," pungkasnya. Komitmen ini, bak benih yang ditanam, diharapkan tumbuh menjadi pohon perdamaian yang menaungi seluruh Kabupaten Sumenep.
Maka, biarlah pencapaian ini bukan hanya milik Kemenag Sumenep, melainkan milik seluruh elemen masyarakat yang telah berdiskusi, merenung, dan berkomitmen. Sebuah kemenangan atas prasangka, atas potensi perpecahan, dan atas ego. Kemenangan atas nama kebersamaan, di mana moderasi beragama tak lagi sebatas wacana, melainkan denyut nadi kehidupan, mengalirkan kedamaian di tengah indahnya keberagaman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Ferry Arbania , Sahabat Indonesia