Ulat Sutera Di Kantong Dewan

FERRY ARBANIA
By -
0
Cerpen: Ferry Arbania
Hp. 087812108800
Seorang anggota dewan yang baru saja dilantik dan dimabil sumpahnya, datang padaku pada suatu malam dan bertanya tentang langkah apa yang harus diambil untuk memperbaiki citra anggota dewan yang akhir-akhir ini banyak dibicarakan rakyat jelata. Sebelum memulai perbincangan seirus, Aji anggota dewan dari daerah pemilihan 3 berkirim fatihah pada almarhum KH. Abdur Rahman Wahid atau lebih populer dengan sebutan Gus Dur. Dalam do'anya ia meminta agar dalam menjalankan tugas sebagai wakil rakyat, dirinya  tidak seperti taman kanak-kanak seperti yang pernah diucapkan almarhum guru bangsa, mantan presiden kita juga.

"Menurutmu lebih enak mana komisi A dengan komisi B"
"Saya tidak membedakan, semua komisi sama-sama punya tugas berat yang harus di jalankan dengan sungguh-sungguh".

" Saya tanya seperti itu, karena saya ingin menegur para oknu camat".
"Ada apa dengan para camat itu".

" Masih banyak yang perlu ditegur atas ketidak seriusan mereka. Kamu lihat saja, dimana-mana pasar kecamatan terlihat kumuh. Setiap hari pasaran kendaraan macet sampai berjam-jama. Padahal ini bukan Jakarta".

"Ya, saya juga tahu itu, Pak. Apa langkah Anda?".
"Sepertinya sulit mewujudkan semua itu. Bangunan infrastruktur di kepulauan juga tidak kalah mengerikan, memalukan sekali kota kita ini".

"Bagaimana sikap sampean, jika pimpinan frkasi justru menempatkan Anda di komisi B? Bukankah masih menyisakan sejumlah persoalan dari priode sebelumnya. Coba lihat kliping koran ini pak. Transportasi raskin di wilayah timur digelapkan. Dan ini sudah ditangani bagian reskim polres. Terus, yang ini masalah demonstrasi warga yang menolak dilakukannya eksplorasi migas di beberapa desa".



Pak AJi terdiam. Sejenak dia merogoh cigarette kesukaannya. "Jamila, ambilkan rokok saya di kamar ya, sekalian buatkan kopi buat Kang Ndul"

Dari sela jendela yang terbuka, sebuah lukisan besar bergambar Nahdlatul Ulama. Oragnisasi Keumatan terbesar di dunia. Disampingnya ada foto ukuran 10 R, sekilas wajahnya mirip dengan wajah alamarhum KH. Sajjad, pedniri Pondok Pesantren Annuqayah di Madura.
(bersambung) Jenis ulat lain adalah ulat sutera liar atau tussah yang  


Aji tiba-tiba terbelalak sendirian, matanya terantuk pada sebuah milis situs yang bertuliskan " Ulat sutera kelihatannya berusaha sekeras mungkin ingin membuat sarang yang terindah dan merubah diri menjadi seekor kepompong. Sehingga semakin ia menyelimuti dirinya dalam kepompong semakin berkurang kesempatannya melepaskan diri dari keadaan itu, akibat dari ulahnya sendiri, akhirnya ia mati karena kepedihannya."1)

catatan 1) Syafi'i Adrad dalam catatannya berjudul "Bagai Ulat Sutera" yang dipublikasikan di blognya  http://syafii-a.blogdrive.com






hidup di hutan. Karena
ulat jenis ini memakan daun pohon oak dan daun – daun liar yang terdapat ...


Pikirannya hanya tertuju bahwa di dunia ini dengan harta dan jabatan akan
membawa ketenangan. Begitu pula seperti ulat sutera, yang terus menggerogos
seisi ...

Post a Comment

0Comments

Ferry Arbania , Sahabat Indonesia

Post a Comment (0)