100 Santri Indonesia di Yaman Tolak Evakuasi

FERRY ARBANIA
By -
Tentara Yaman bereaksi ketika mereka bergabung dengan para pemrotes anti-pemerintah menuntut pengunduran diri Presiden Yaman Ali Abdullah Saleh di Sanaa, Yaman. AP/ Muhammed Muheisen
|Ferry Arbania|Sekitar 100 santri di Pesantren Darul Hadits di Damaj, provinsi Sa'ada, Yaman menolak dievakuasi oleh Kedutaan Besar Indonesia (KBRI). Mereka memutuskan berjihad melawan kelompok yang mereka sebut kafir berdasarkan fatwa pemimpin pesantren, Syeh Yahya, warga Yaman.



“Mereka malah berkeras bertahan di sana sampai titik darah penghabisan,” kata Kepala Kantor KBRI di Yaman, Agus Budiman kepadaTempo melalui telepon Kamis 1 Desember 2011.



Sebelumnya, Agus sebagai pemimpin evakuasi diberi waktu oleh pemimpin pesantren pada Rabu lalu (30/11) untuk kembali mengajak para santri keluar dari pesantren ke tempat yang aman. Tepat pukul 2 sore waktu setempat , Agus via telepon dipertemukan dengan sekitar 60 santri asal Indonesia. “Terimakasih Pak. Kami bertahan di sini sampai titik darah penghabisan,” kata Agus mengutip pernyataan para santri.



Sejak sebulan lalu, pesantren beraliran Salafih Sunni tersebut diserang dengan senjata berat oleh kelompok Al'Houthi beraliran Syiah yang merupakan penduduk mayoritas di sana. Al'Houthi menolak kehadiran orang-orang beraliran salafi di tempat tinggal mereka.



Zamiri, santri asal Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan Abu Soleh, asal Sumatera Utara tewas terkena tembakan roket saat berjaga-jaga pada Sabtu (26/11). Jenazah kedua santri itu dikuburkan di lokasi pesantren.



Choirul Bachriah, 51 tahun, ibu kandung dari Abu Soleh menuturkan, anaknya lulus SMK dari Kabupaten Batu Bara, Sumatera Utara tahun 2000. Lalu anak kesayangannya itu merantau ke Pekan Baru selama tiga tahun. Lalu pindah ke Jakarta selama 8 bulan. “Dari Jakarta dia berangkat ke Yaman,” ujar Bachriah.



Nur Mediawati, 30 tahun, menuturkan Zamiri anak bungsu dari enam bersaudara. Nur adalah kakak Zamiri. Menurut Nur, adiknya pernah belajar di sebuah pesantren di Banda Aceh, Guru pesantrennya lalu merekomendasikan Zamiri melanjutkan pendidikan di Yaman.



ADITYA BUDIMAN I MARIA RITA
Sumber:.tempo.co